Fateta Unand Gelar ICSAB Kelima; 174 Makalah Dipresentasikan, 5 Guru Besar jadi Pembicara Kunci
Salah seorang Keynote Speaker dalam ICSAB 2022, Prof Hiroki Oue dari Ehime University Japan, mengemukakan pembahasan tentang Perbandingan dalam Konduktansi Stomata dan Laju Transportasi Elektron dari Empat Kultivar Beras Jepang.
Dikatakannya, kondisi iklim global dengan cuaca yang tidak menentu, dan dipengaruhi oleh suhu udara yang tinggi, produksi dan kualitas beras telah dilaporkan menurun.
Menurutnya, memilih panas kultivar toleran merupakan salah satu penanggulangan masalah ini. "Sebagai pendekatan mekanisme toleransi panas beras, sifat konduktansi stomata (gs) dan laju transpor elektron (ETR) dibandingkan antara empat kultivar; Koshihikari (KH), Nikomaru (NM), Hinohikari (HH) dan Himenorin (HR) kultivar baru yang dikembangkan di Prefektur Ehime," terang Hiroki.
Pembicara kunci lainnya, Renny Eka Putri memaparkan hasil penelitiannya dengan judul 'Pertanian Presisi: Jalan Ke Depan di Mekanisasi Pertanian.
Dijelaskan Renny, salah satu cara untuk mencapai target produksi tanaman adalah dengan meningkatkan hasil rata-rata tahunan melalui penggunaan varietas unggul, adaptasi teknik pertanian presisi, tepat pengelolaan tanaman selama masa tanam, dan penanganan tanaman yang tepat untuk mengurangi kehilangan gabah sebelum dan sesudah panen.
Menurutnya, mekanisasi dan teknik pertanian presisi selalu diprioritaskan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan meningkatkan pemanfaatan input efisiensi produksi pertanian.
"Kapasitas lapangan mesin pertanian untuk tanaman budidaya biasanya jauh lebih tinggi daripada tenaga kerja manual. Misalnya kapasitas pengolahan tanah dengan traktor tangan yang memiliki kapasitas mesin 3,7 kW adalah sekitar 1,5 kali kapasitasnya hewan sementara, kapasitas perontokan untuk pemanen listrik (5,3 kW) kira-kira 6 kali lipat kapasitas membanting," bebernya.
Dengan demikian, sambung Renny, penggunaan mesin pertanian dapat dilakukan secara signifikan meningkatkan kapasitas untuk berbagai operasi pertanian.
"Banyak upaya penelitian di sekitar dunia telah menunjukkan bahwa pertanian presisi memiliki potensi untuk meningkatkan keuntungan dalam suatu ekosistem pertanian. Pertanian presisi mengelola setiap input produksi (misalnya pupuk, air, batu gamping, herbisida, insektisida, dan benih) di lokasi tertentu untuk mengurangi limbah, meningkatkan keuntungan dan menjaga kualitas lingkungan," ungkap Kepala Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (TPB) Fateta Unand ini.
Pembicara kunci lainnya yang berasal dari University Of Khartoun, Sudan, Suha Gaafar memaparkan hasil risetnya soal 'Kinerja Lapangan, Penggunaan Energi, dan Gas Emisi Rumah Kaca dari Operasi Tillage Pada Produksi Beras.
Dia mengatakan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai operasi pengolahan tanah di sawah lahan basah melalui kinerja, distribusi waktu lapangan, distribusi pengeluaran energi, dan gas emisi rumah kaca.
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- 2 Pelaku Promosi Situs Judi Online Ditangkap, Dapat Rp250 Ribu Sekali Unggah
- Narapidana Lapas Muaro Padang Gunakan Jasa Bintara Polri Bawa 141 Paket Ganja
- Ini Jadwal Penting Pilkada Serentak di 12 Kabupaten, 7 Kota dan Provinsi se-Sumatera Barat
- Sumbar jadi Tuan Rumah HKBN 2024, 30 Daerah akan Ikuti Simulasi Bencana Gempa dan Tsunami
- Perbaikan Jalan di Sumbar, Kementrian PUPR Kucurkan Rp478,6 Miliar melalui Program IJD, Percepatan Tol juga Disetujui