Malin Kundang dan Hal-hal di Balik Kematian Kritik
*Muhammad Fadli
ADA yang aneh dalam legenda Malin Kundang.
Anak durhaka itu patutnya dihukum sendiri, tidak bersama-sama dengan istri dan awak kapalnya.
Dalam tuturan manapun pasti ditemukan bahwa Malin lah yang menolak mengakui ibunya. Di situ, istri dan awak kapalnya bersifat pasif. Tidak turut melakukan tindakan yang melukai hati si ibu.
Lagi pula, mereka semua sama sekali tidak mengenal ibu Malin Kundang.
Lalu kenapa semua kena imbasnya?
Sudah beberapa tahun ini, saya memberi perhatian terhadap legenda Malin Kundang, karena banyak hal unik padanya.
Sebagai sebuah legenda, pesan yang terkandung di dalam cerita terkait batu karang di Pantai Air Manih ini, bukanlah pesan tunggal.
Ini bukan soal kedurhakaan anak kepada ibunya saja. Di sini saya mau mengulas hikmah soal kepemimpinan di balik legenda ini.
Ada frase populer, bila kita bicara soal kepemimpinan, Frase itu adalah “tampuk kepemimpinan.”
Kenapa tampuk? Bukan batang yang besar atau akar yang kuat, yang dipasangkan dengan kata kepemimpinan.
Bukankah tampuk itu kecil, hanya bagian sepersekian dari buah.
*Aktivis Kesenian
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi