Layangan Kaghati Sukses Pecahkan Rekor Dunia

Sabtu, 08 Oktober 2016, 14:15 WIB | Kuliner | Nasional
Layangan Kaghati Sukses Pecahkan Rekor Dunia
Ketua YMLI, Sari Madjid (baju biru) menjelang pelepasan layangan Kaghati memecahkan rekor dunia di Jakarta, Jumat (7/10/2016). (istimewa)
VISI MISI CALON GUBERNUR SUMBAR PILKADA SERENTAK 2024

Saat terbang di udara, layangan kuno ini akan menimbulkan suara mendengung yang berasal dari pita di kedua sisinya yang disebut kamumu. Pita itu terbuat dari daun nyiur atau kulit ari pohon waru.

Sebelumnya layangan jenis ini pernah meraih juara pertama pada International Kite Festival di Berck sur Mer, Perancis, pada 1997 silam. Kini Kaghati versi jumbo dibuat untuk memecahkan rekor dunia dan berhasil.

Acara ini dilanjutkan dengan launching buku berjudul "The First Kiteman," , tulisan Wolfgang Bieck. Buku ini mengupas tuntas mengenai perjalanan Wolfgang yang meneliti sejarah Kaghati pada 2002 di Muna, Sulawesi Tenggara. "Kebetulan saya adalah ahli yang pertama kali mengabadikan dan menelusuri sejarah layangan di Muna pada zaman kuno," katanya.

Baca juga: Otoritas Bandara Ingatkan KPU Sumbar untuk Tidak Gelar Festival Layangan di KKOP

Sejarah Kaghati memang diungkap pertama kali oleh peneliti Jerman ini. Wolfgang Bieck datang ke Muna, menelusuri akar sejarah Kaghati di dinding goa Sugi Patani, Desa Liangkobori, Kabupaten Muna yang terdapat pahatan dinding batu yang menggambarkan seseorang yang menerbangkan layang-layang. Coretan di goa tersebut setelah diteliti ternyata dibuat di era Epi-Paleolithic (periode Mesolitik), sekitar 9.000-5.000 tahun sebelum masehi.

Wolfgang menyimpulkan, layang-layang Muna adalah yang pertama kali diterbangkan oleh manusia berdasarkan keterangan otentik. Detail penelitian Wolfgang ini ditulisnya di sebuah jurnal ilmiah yang terbit di Jerman dengan judul "The First Kitman" (2003).

Di masa lampau, nenek moyang orang Muna menerbangkan layang-layang ini sebagai sarana spiritual. Kaghati diterbangkan nonstop selama tujuh hari, lalu pada hari terakhir talinya diputus dan Kaghati dibiarkan melayang terbawa angin. Angin yang membawa pergi Kaghati ini dipercaya bisa memandu jiwa pemiliknya setelah mati ke tempat dimana tuhan berada. (rls)

Halaman:
1 2
TANGGAPAN MASYARAKAT TENTANG CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PILKADA SERENTAK 2024

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan: