Tenun Minang Terancam Punah

Selasa, 09 Februari 2016, 14:48 WIB | Bisnis | Kab. Agam
Tenun Minang Terancam Punah
Tenun Minang Terancam Punah

VALORAnews---Produksi tenun Sumbar terancam punah. Hal itu dikarenakan minimnya regenerasi penenun. Kekhawatiran itu diungkap salah seorang penenun senior asal Koto Gadang Kabupaten Agam, Mahnidar (71).

Mahnidar mengaku prihatin terhadap perkembangan tenunan yang kian hari kian sepi peminat. Katanya, generasi sekarang lebih memilih merantau dibanding melestarikan tenunan Koto Gadang yang sudah legendaris itu.

"Zaman sekarang, selepas menempuh studi, anak-anak lebih suka berbisnis di perantauan daripada menenun di kampung. Ini cukup mengkhawatirkan,'' katanya saat dikunjungi di Yayasan Amai Setia Koto Gadang, Senin (8/2/2016).

Wanita tua yang sudah menenun sejak puluhan tahun silam itu, menilai jika keuntungan menenun yang tipis, membuat banyak orang kehilangan minat untuk meneruskan salah satu kerajinan khas yang dirintis Rohana Kudus sejak zaman kolonial itu.

"Untuk satu jenis sulaman, terkadang butuh waktu hingga 6 bulan. Harganya cuma Rp2-3,5 juta. Hitung sendiri berapa gaji kita dalam satu hari. Ini juga jadi salah satu faktor kenapa menenun mulai ditinggalkan,'' ujarnya pelan.

Dahulu, ia mengatakan, hampir di tiap rumah di Kota Gadang, semua wanitanya dapat dipastikan bisa menenun. Sekarang, hal itu nyaris tak dapat ditemui. "Semakin jarang yang bisa menenun dan menyulam,'' ungkapnya khawatir.

Bisa saja, jika tidak dilestarikan ungkap Mahnidar, kepandaian wanita Koto Gadang dalam menyulam jenis suji samek dan suji cair ini akan hilang dilindas masa.

"Agar tak hilang, kami yang masih tersisa ini, mencoba mengajarkan ke murid SD setempat cara menenun yang baik. Ini sudah tiga kali pertemuan. Anak-anak itu cukup antusias,'' kata wanita yang masih bisa menenun kendati penglihatannya agak terganggu karena faktor usia itu.

Ia amat berharap agar tenun khas Koto Gadang yang sudah mendunia itu dapat terus lestari karena inilah ciri khas wilayah yang begitu terkenal sejak zaman Belanda ini.(cr6)

Penulis:
Editor: Fanny Komala Sari
Sumber:

Bagikan: