Alu Katentong, Kesenian Tradisi Anak Nagari Padang Laweh yang masih Bertahan

TANAHDATAR (1/8/2022) - Kesenian Alu Katentong masih menghiasi berbagai agenda kemasyarakatan di Nagari Padang Laweh, Kecamatan Sungai Tarab. Sebagai sebuah seni tradisi, permainan Ale Katentong ini mesti terus dilestarikan.
"Salah satu momentum dimainankannya Alu Katentong yakni sebagai wujud syukur anak nagari terutama kaum ibu, dari hasil panen setiap tahunannya," ungkap salah seorang tokoh masyarakat Sungai Tarab, Ramdalel Ibrahim, Senin.
Menurut dia, permainan ini juga sebagai wujud suka cita masyarakat, atas hasil panen yang berhasil diperoleh dalam satu musim tanam.
"Semoga, pemerintah memerhatikan keberlangsungan kesenian ini. Jangan sampai hilang ditelan zaman," harap Ramdalel.
Baca juga: Festival Pesona Barulak Digelar 24-26 September 2022, Yuk Ramaikan
Dikutip dari laman platform kebudayaan indonesia milik Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, alat-alat yang digunakan dalam penampilan kesenian Alu Katentong yakni;
1. Alu
Sejenis galah kayu yang secara umum digunakan masyarakat Minang Sumatera Barat dalam menumbuk padi. Alu yang digunakan berukuran panjang 4-5 meter serta berdiameter 7-10 cm. Semakin panjang Alu yang digunakan semakin bagus pula bunyi nada yang dihasilkan. Biasanya jenis kayu yang digunakan untuk dimuat jadi Alu adalah kayu surian dan kayu bayua.
2.Batu Pipih
Yaitu batu alam tipis dengan permukaan datar dan licin. Warga Padang Laweh menyebutnya dengan batu nan alah mati. Batu seperti ini bermateri sangat padat dan kuat serta akan mengeluarkan suara yang keras dan nyaring apabila dipukul. Ukuran ketebalan batu pipih antara 3-7 cm, lebar 20-30 cm, serta tinggi 15-25 cm.
3. Lasuang (lesung)
Batu berbentuk lingkaran serta berlobang pada bagian tengahnya. Lasuang terbentuk secara alami, memiliki ukuran sekira 100-130 cm dan biasanya tinggal diambil serta diangkut warga Padang Laweh dari sungai.
Baca juga: Tanah Datar Mundur, Padang Panjang Diduetkan dengan Padang jadi Tuan Rumah Porprov XVI
Lasuang akan ditanam ke dalam tanah lebih kurang sedalam 10 cm. Bagian lasuang yang tinggal dipermukaan lebih kurang 10-15 cm. Pada bagian lasuang yang tetap tinggal di atas permukaan tanah inilah batu pipih biasanya disandarkan.
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- Situmbuak Art and Culture Festival Sukses, Arkadius: Jadikan Berkelanjutan dengan Pembinaan Pemkab
- Supardi: Pengelolaan Pariwisata Berbasis Budaya Sumbar belum Secanggih Bali dan Yogyakarta
- Warga Tanah Datar Telah Bisa Nikmati Taman Kota Cindua Mato Batusangkar
- Taman Kota Cindua Mato Dibuka untuk Umum, Warga Diminta Ikut Menjaga
- Artis Arie Untung Siap Promosikan Destinasi Wisata dan Produk UMKM Tanah Datar
Nyarai, Perhutanan Sosial yang jadi Destinasi Wisata Berbasis Pemberdayaan
Wisata - 17 September 2023
Alek 1000 Sia di Nagari Atar Sukses, Arkadius: Hidupkan Lagi Tradisi Lama
Wisata - 03 September 2023