Seniman Harus Siap Hadapi Revolusi Industri 4.0

Senin, 03 September 2018, 23:36 WIB | Kabar Daerah | Kota Padang Panjang
Seniman Harus Siap Hadapi Revolusi Industri 4.0
Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid. (istimewa)

VALORAnews - Tuntutan Kementrian Riset-Dikti, menjadikan lembaga pendidikan tinggi bidang seni sebagai motor penggerak industri kreatif semakin diseriusi ISI PAdangpanjang. Setelah sejumlah upaya untuk mengejawantahkan pesan tersebut ke tengah masyarakat, kini untuk internal juga dijadikan sebagai pokok perhatian dalam pembinaan mahasiswa baru.

Awal semester ganjil 2018 ini, dibuka dengan kuliah umum bersama Dirjen Kebudayaan, Hilmar Fariz dengan tema "Kontribusi dan Peluang Sarjana Seni Bagi Pengembangan Seni Budaya Indonesia Memasuki Era Revolusi Industri 4.0".

Acara yang akan digelar di gedung pertunjukan Hoeridjah Adam, Selasa (3/9/2018) ini diwajibkan untuk diikuti seluruh mahasiswa baru angkatan 2018 dan para dosen di dua fakultas yang ada.

Rektor ISI Padangpanjang, Prof Novesar Jamarun mengatakan, kegiatan ini sangat penting artinya bagi peningkatan motivasi para mahasiswa baru dan mahasiswa yang telah menjalani pendidikan di ISI PAdangpanjang.

Baca juga: Ini Daftar Cagar Budaya Nasional dan 21 Warisan Budaya Takbenda Indonesia dari Sumbar Tahun 2023

"Mereka (para mahasiswa-red) harus memiliki mindset yang jelas dan kuat menghadapi tantangan zaman terutama menghadapi era revolusi Indonestri tahap ke-4 ini," katanya.

Dijelaskan, revolusi industri tahap ke-4 adalah wahan berkarya yang sangat terbuka bagi insan seni. Dalam era yang mengedepankan kecepatan informasi dan data, bidang seni dituntut untuk senantiasa dekat dengan dunia digital.

"Arus informasi dan data yang terus menerus berlangsung, dapat jadi kesempatan bagi kita untuk mengembangkan karya menuju pasar yang lebih luas. Revolusi ini menuntut perhatian kita bersama, sebab kehadirannya tidak mungkin kita hindari," sebutnya.

Mereka yang tidak siap dan waspada terhadap revolusi industri 4.0, terangnya, akan jauh tertinggal atau bahkan terlupakan. "Dengan adanya fasilitas komunikasi yang makin memperdekat jarak dan mengecilkan ruang dunia, para seniman dituntut untuk menghadirkan karya-karya yang bersentuhan dengan dunia digital," katanya.

Baca juga: DPP IKA Sejarah Unand Gelar HVCE 2021: Hilmar Farid: Masyarakat mulai Kehilangan Nilai Ideal di Era Disrupsi

Jikapun karya-karya tersebut tidak bersentuhan langsung dengan dunia digital, maka dapat dipublish, dipromosikan, dijual dan didokumentasikan melalui perangkat digital. "Kita tak perlu takut dengan perkembangan ini. Justru inilah kesempatan kita untuk semakin mengembangkan hasil karya selama ini," sebutnya.

Halaman:

Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:

Bagikan: