Mentawai Akan Buka Rahasia Racikan Racun pada Alat Panah Tradisionalnya
VALORAnews - Berwisata ke Mentawai, jajaran kepulauan terdepan di Samudera Hindia, Provinsi Sumatera Barat, jangan jadi mimpi terus. Tiba saatnya untuk segera diagendakan berwisata ke daerah yang memiliki tujuh keunikan dunia, yang tiada duanya.
Dalam waktu dekat, 26-28 Juli 2017, Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kepulauan Mentawai, menggelar Festival Panah Tradisional Mentawai untuk pertama kalinya, di Desa Muntei, Kecamatan Siberut Selatan, Pulau Siberut.
"Wisatawan nusantara dan mancanegara yang berkunjung untuk menyaksikan Festival Panah Tradisional Mentawai ini, tidak saja sekadar menyaksikan lomba memanah dengan alat panah tradisional, tetapi juga bisa mengetahui bagaimana meracik racun anak panah yang selama berabad-abad dirahasiakan dan menjadi senjata andalan masyarakat Mentawai," kata Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kepulauan Mentawai, Desti Seminora, Jumat (7/7/2017) di Tuapeijat, Pulau Sikakap, Mentawai.
Dijelaskan Desti, panah yang dalam bahasa Mentawai "rourou," bagi laki-laki Mentawai adalah benda penting yang selalu dibawa, terutama kalau pergi ke hutan. Fungsi utama panah bagi laki-laki Mentawai adalah sebagai senjata, jika menemukan binatang buruan yang kemudian dibawa pulang ke rumah untuk dimakan sekeluarga. Panah adalah benda yang selalu ada di rumah orang-orang Mentawai.
Baca juga: Kafilah Da'wah Ramadhan 1445 H, Dewan Da'wah Kirim 14 Dai Muda ke Mentawai dan Pessel
Hampir semua panah Mentawai dibubuhi racun, yang tujuannya untuk mempercepat kematian binatang buruannya. Bahan racun panah Mentawai berasal dari tumbuhan yang diracik secara khusus yang kemudian dioleskan pada ujung anak panah.
Jika tepat sasaran maka seketika buruan akan lemas terkena racun panah tersebut. Manusia juga harus berhati-hati agar tidak tersentuh racun tersebut. Tersedia juga obat penawar dari racun yang juga diracik dari tumbuhan yang berasal dari hutan sekitar rumah.
"Panah adalah sesuatu yang sudah dikenalkan pada semua anak laki-laki Mentawai, bahkan epada anak balita. Pengenalan benda ini biasanya dirayakan dengan pesta adat. Tentunya dengan jenis panah yang berbeda, sesuai dengan usia dari anak laki-laki tersebut," ujar Desti.
Akan tetapi, seiring dengan modernisasi yang mulai memasuki Mentawai, demikian Desti menegaskan, telah terjadi pergeseran pemakaian senjata khas berburu Mentawai yakni mulai menggunakan senapan angin daripada panah itu sendiri.
Baca juga: Pemilu 2024, PDI Perjuangan Raih Suara Terbanyak di Dapil Sumbar 8, 6 Petahana Bertahan
Melalui kegiatan Festival Panahan Tradisional Mentawai ini, ditanamkan kembali kecintaan dan kebanggaan bagi masyarakat Mentawai tentang budayanya sendiri yakni salah satunya adalah "rourou" Mentawai.
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- FPM 2023 Sukses, Pengunjung Capai Angka 2,3 Ribu Orang
- Dinas Kesehatan Mentawai Gagas Kebun Herbal Kukuet, Bupati: Layak jadi Destinasi Wisata
- 95 Persen Wisatawan Mentawai dari Turis Luar Negeri, Wagub Sumbar: Kebersihan Penting Dijaga
- Sekda Mentawai: April, Tim Kurator ADWI 2023 akan Visitasi ke Desa Wisata Muntei
- Kemenparekraf Umumkan Desa Muntei Masuk 75 Besar ADWI Tahun 2023
Libur Lebaran 2024, Tingkat Hunian Hotel Naik 100 Persen
Wisata - 21 April 2024