Tradisi Bakajang, Ferizal: Potensi Wisata Budaya yang belum Tergarap
Ketua KAN Gunuang Malintang, Dt Paduko Rajo, mengatakan, Bakajang merupakan salah satu tradisi silaturrahmi yang dilakukan masyarakat Gunuangmalintang menggunakan perahu/sampan hias. Alek ini biasanya dilakukan setelah hari raya Idul Fitri, dengan tujuan meningkatkan silaturrahmi di antara anak kemenakan 4 suku di Batang Mahat.
Acara alek Bakajang, merupakan warisan nenek moyang yang terus digalakkan masyarakat hingga sekarang. "Bakajang berarti 'memperbaharui'. Dulu, pelaksanaan manjalang sanak saudaro ini, dilakukan memakai sampan atau perahu. Ini lah yang dilakukan para pendahulu, yang kini masih menjadi tradisi di nagari kami," paparnya.
Adapun Batang Maek yang melintasi Nagari Gunuangmalintang, lanjutnya, pada zaman dulu merupakan salah satu akses alternatif yang digunakan masyarakat, mengingat pada waktu itu belum ada akses jalan sebagai jalur penghubung antara satu daerah ke daerah lain.
"Biasanya, alek Bakajang digelar 5 hari, dimulai hari ke-4 Bulan Syawal," tutur Dt Paduko Rajo. (rls)
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- Wakanda Taram; Potret Objek Wisata Berbasis CBT di Sumatera Barat, Beromset Rp2 Miliar per Tahun
- Supardi; Nagari Maek Potensi jadi Destinasi Wisata Minat Khusus
- Festival Maek Hadirkan Peneliti Asing, Supardi: Kabut Peradaban Megalitik Maek harus Disibak
- Bukit dengan Tebing Berlubang, Hanya Ada Dua di Dunia, Nagari Maek dan Tianmen
- Gubernur Sumbar Minta Wali Nagari Gunung Malintang Buat Laporan Detail Alek Bakajang, Ini Sebabnya
Agam Usulkan Festival Rakik-rakik jadi Agenda KEN 2025
Wisata - 05 Oktober 2024
Ketika Seniman Pemberontak Dirangkul Pemerintahan Mahyeldi-Audy
Wisata - 27 September 2024