Tangsi Belanda di Kabupaten Siak, Jejak Arsitektur Kolonial di Negeri Jajahan

Kamis, 27 Juli 2023, 18:00 WIB | Wisata | Provinsi Riau
Tangsi Belanda di Kabupaten Siak, Jejak Arsitektur Kolonial di Negeri Jajahan
Tangsi Belanda, berdiri sejak abad ke-18 lalu atau pada masa Sultan Siak ke-9, Sultan Asy-Syaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin. (humas)
TANGGAPAN MASYARAKAT TENTANG CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PILKADA SERENTAK 2024

SIAK (27/7/2023) - Revitalisasi Tangsi Belanda di Kabupaten Siak, Riau tuntas dikerjakan Kementerian PUPR di tahun 2023 ini. Kondisi bangunan di pinggir Sungai Siak itu tampak jauh lebih 'bugar,' walau jejak sejarahnya yang panjang masih terus membekas.

Bangunan termegah di zamannya itu, telah berdiri sejak abad ke-18 lalu atau pada masa Sultan Siak ke-9, Sultan Asy-Syaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin.

Sultan yang berkuasa sejak tahun 1827-1864, peninggalannya menjadi cagar budaya.

Bangunan Tangsi Belanda di Kabupaten Siak yang selesai direvitalisasi Kementrian PUPR.
Bangunan Tangsi Belanda di Kabupaten Siak yang selesai direvitalisasi Kementrian PUPR.

Dalam kompleks tangsi atau benteng itu, terdapat enam unit bangunan yang membentuk formasi melingkar dengan halaman di bagian dalam yang memiliki beragam fungsi seperti sebagai penjara, asrama, kantor, gudang senjata, dan logistik.

Baca juga: Ikan di Sungai Siak Mati Mendadak, DLHK Riau Turunkan Tim dan Ambil Sampel Air Limbah

Tangsi Belanda ini didirikan setelah pembangunan Istana Siak.

Markas Belanda itu juga berfungsi untuk memata-matai pergerakan Sultan Siak, yang ada di seberang sungai. Memang, posisi Istana Siak tempat Sultan menjalankan pemerintahannya itu berada di seberang sungai dari tangsi.

Bangunan Tangsi Belanda di Kabupaten Siak yang selesai direvitalisasi Kementrian PUPR.
Bangunan Tangsi Belanda di Kabupaten Siak yang selesai direvitalisasi Kementrian PUPR.

Saat itu, Belanda khawair kalau sewaktu-waktu sultan dan pasukannya melakukan penyerangan mendadak.

Menurut cerita, Belanda membuat benteng ini sebagai tempat berlindung sekaligus pertahanan dan penjara, untuk penduduk pribumi yang dianggap memberontak.

Kadis Pekerjaan Umum Tarukim Pemkab Siak, Irving Kahar menyebutkan, revitalisasi Tangsi Belanda dilakukan Kementerian PUPR dengan melibatkan Tim Arkeolog dan Tim Ahli Cagar Budaya dalam hal pengkajian.

Mereka menggunakan metode teknologi mutakhir, untuk mengetahui struktur asli bangunan. Teknologi arsitektural pada pondasi tangsi, ternyata sangat mendekati bangunan kolonial di negara asalnya, Eropa.

Halaman:

Penulis: Arif Budiman Effendi
Editor: Mangindo Kayo
Sumber:

Bagikan: