Berhasil Keluar dari Yaman ke Djibouti Afrika: Pelajar Sumbar Telah Kantongi Visa dari KBRI
VALORAnews - Sebanyak 112 warga Indonesia, 82 di antaranya pelajar yang telah berhasil dievakuasi dari Kota Aden, Yaman ke Djibouti di Afrika, telah mendapatkan visa dari KBRI pada Rabu (15/4/2015). Informasi soal visa ini, disampaikan Asyam Hafizh (21), salah seorang pelajar asal Indonesia dengan daerah asal Sumbar, di media sosial miliknya beberapa saat lalu.
"Barusan mendapat kunjungan KBRI, alhamdulillah visa sudah selesai. Besok atau besok satu lagi, bisa pulang ke tanah air," ungkap Asyam Hafizh yang kuliah di perguruan tinggi Al-Baihaan, Yaman, di akun media sosial miliknya.
Di momen itu, Asyam Hafizh masih sempat bercanda soal kegiatan yang akan dilakukan selama liburan di Indonesia nanti. "Mau ngajar ijazah belum ada, mau kerja nggak tau kerja apa, ngelamar anak orang aja lah ya? Haha, nggak lah," tulisnya. "Ah, semua udah diatur-Nya. Hal terpenting adalah ilmu yang sedikit bisa bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat," tuturnya.
Di laman media sosialnya itu, Asyam bercerita setiap usaha yang dilakukan, untuk bisa keluar dari daerah konflik antara pemberontak Houti dengan pendukung Presiden Mansur Hadi itu. Menurut Asyam, bersama puluhan mahasiswa lainnya, mereka sudah tiga kali mencoba keluar dari Aden, namun selalu gagal.(Baca juga: Orang Tua Inginkan Anak Mereka Dipulangkan Pemerintah)
Baca juga: Mahyeldi Bicara Membangun Akses Global ke Ikatan Pelajar Minang Internasional
Pada 1 April lalu, mereka tak bisa keluar dari asrama Arbithah Attarbiyyah Al-Islamiyyah wa Marrakiuha Atta'limiyyah di Creter, Kota Aden, karena tak mampu membayar uang sewa bus untuk ke pelabuhan yang berjarak sekitar 20 menit dari asramanya.
Dua hari kemudian, mereka kembali mencoba menuju pelabuhan, tapi harus kembali karena alasan keamanan. Usaha ketiga dilakukan pada 7 April lalu. Mereka mencapai pelabuhan tapi tak bisa naik kapal karena pelabuhan diserang pemberontak. Rombongan sampai di pelabuhan, Minggu sekitar pukul 16.00 waktu setempat, tapi kapal penjemput datangnya pukul 20.00 WIB.
Karena malam, mereka tak diperbolehkan melanjutkan perjalanan sehingga menginap di hotel yang terletak 50 meter dari pelabuhan. Asyam Hafizh. Pada 12 April lalu, sekitar pukul 16:16, Asyam Hafiz kembali menuliskan pengalamannya. *
"Hari ini, skenario Allah luar biasa indah. Pagi-pagi mempersiapkan barang, koper, disebabkan kapal evakuasi telah datang. Namun, dalam penantian menunggu bis pun keheningan pagi dihancurkan oleh dua dentuman bom keras yg ntah berasal dari mana. Iya, sepertinya kepulangan kembali ditunda," tuturnya.
"Ditengah lelap keputus asaan, kami disentakkan oleh suara lantang penjaga asrama, Yallaah syabaab, allah ma'akum, alyaauuum. Sepontan harapan itu datang, PMI Indonesia datang membawa tiga unit bus besar." (Baca juga: Inilah 26 Mahasiwa Minang di Kecamuk Perang Yaman)
"Kini kami telah menapaki kaki dipelabuhan, menuju Afrika untuk terbang ke Indonesia. Jutaan pengalaman berharga dan perjuangan hidup yang akan saya bawa pulang. Beberapa kali gagal untuk pulang, berapa ratus kali ledakan itu menjadi teman hidup, peluru senapan yang terus melayang di udara, tapi kami tak pernah gentar, sebab hanyalah Allah yg membuat ujian dan Ia jualah yg menyelamatkan. Terima kasih untuk seluruh doa masyarakat Indonesia," tulis Asyam Hafizh di laman media sosialnya.
Penulis:
Editor:
Sumber: