Tamsil Kusut Sarang Tempua Disampaikan Civitas Akademika Unand di Manifesto Penyelamatan Bangsa

Jumat, 02 Februari 2024, 16:39 WIB | News | Provinsi Sumatera Barat
Tamsil Kusut Sarang Tempua Disampaikan Civitas Akademika Unand di Manifesto Penyelamatan...
Akademisi FIB Unand, Hary Efendi Iskandar saat berorasi dalam pembacan Maklumat Manifesto Penyelamatan Bangsa di Convention Hall Universitas Andalas, Jumat siang. (istimewa)

"Mari, di sisa waktu yang masih ada ini, buktikan lah bahwa presiden itu betul-betul netral, presiden itu betul-betul jujur dan betul-betul mengawal proses transisi kepemimpinan ini dengan baik," tegas Hary.

Lima Butir Manifesto

Dalam pengantar pembacaan manifesto, Prof Rudi Febriamansyah menegaskan, etika kenegarawanan dan ketidakberpihakan, harus jadi prinsip utama yang dijunjung tinggi seorang presiden.

Baca juga: Ini 12 Nama Hasil Seleksi Tertulis dan Psikologi Komisioner Bawaslu Sumbar 2022-2027

"Dengan penuh kesadaran terhadap lintasan sejarah bangsa ini, kami, civitas academica yang tumbuh dan lahir di ranah pendiri republik ini, bersatu dalam tekad bulat untuk mengembalikan peran mulia Perguruan Tinggi sebagai penjaga nilai-nilai dan benteng moral kebaikan serta keadilan di negeri ini," ungkap Prof Rudi.

Civitas akademika Unand, terang dia, menyaksikan dengan keprihatinan bagaimana peran perguruan tinggi sebagai pilar utama pembangunan intelektual dan moral, perlahan menyusut bahkan hampir menghilang selama satu dekade terakhir.

Penyimpangan kekuasaan yang merajalela di seluruh lini kehidupan masyarakat, termasuk di Perguruan Tinggi, telah menggoyahkan pondasi nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi.

"Di tengah-tengah gejolak politik saat ini, upaya merusak demokrasi dan kekerasan budaya terlihat nyata. Bau busuk kelahiran "oligarki baru" melalui politik dinasti semakin kuat tercium," kata Prof Rudi.

"Intervensi penguasa terhadap Mahkamah Konstitusi, ketidaknetralan penyelenggara Pemilu, dan tidak independennya pejabat publik dari tingkat Kementerian hingga Kepala Desa menjadi pemandangan ironis dalam tatanan demokrasi."

"Perlindungan dan jaminan sosial, hak konstitusional warga negara, termanipulasi menjadi 'alat' untuk memperkuat dukungan pada calon Presiden dan Wakil Presiden tertentu."

Sengkarut di berbagai lini yang terjadi di Indonesia pada saat ini, ungkapnya, disebabkan 'air keruh dari hulu,' karena ada gajah besar yang menyeberang, yang mengakibatkan air keruh sampai ke muara.

Halaman:

Penulis: Al Imran
Editor: Mangindo Kayo
Sumber:

Bagikan: