Komponis Muda Sumbar Unjuk Karya di Festival Gamelan Internasional
VALORAnews - Intensitas berkarya setelah kenyang menempa diri di ISI Padangpanjang, tampaknya jadi hal penting bagi seorang Hario Efenur. Bagi lelaki asal Lasi (sebuah kawasan di kaki Marapi-red) ini, intensitas itu menjadi harga mati karena eksistensi hanya akan dapat dibangun dari sana.
Begitu menyelesaikan pendidikan pascasarjananya, Uncu, demikian dia karib disapa, makin tekun berkarya. Di karya non akademik ketiganya, apa yang disemai dapat dituai. Ia didaulat jadi salah satu composer yang terpilih untuk menampilkan karyanya di Gamelan Internasional Festival di Solo yang berlangsung 9-16 Agustus lalu.
"Alhamdulillah, saya merasa kesempatan besar untuk tampil di Festival tersebut tak terlepas dari rekomendasi dandukungan dari banyak pihak. Karena itu saya membawa karya yang benar-benar matang agar kepercayaan yang diberikan kepada saya tidak sia-sia," sebut komponis berambut keriting ini.
Berbeda dari garapan lain yang tampil pada ajang tersebut, Uncu membawa konsep homecoming pada musik logam. Hal itu ia ejawantahkan lewat pemilihan instrumen canang pada karya yang ia beri judul "dialogam" ini. Karya ini disiapkan selama 3 bulan, mulai dari riset hingga penggarapan bagian per bagiannya.
Baca juga: PILKADA 2024: KPU Pessel Musnahkan Ratusan Surat Suara Rusak dan Berlebih
Menurut Uncu, dalam karya ini ia mengedepankan ptespektifnya sendiri terhadap gamelan. "Bagi saya gamelan punya toleransi ruang dan waktu secara prinsip permainan. Bunyi yang low, midle dan high bisa idengar dengan baik oleh pendengar karena masing-masingnya saling memberi ruang satu dengan yang lain," jelas Uncu.
Kaitannya secara filosofi budaya Minang, menurut Uncu, toleransi tersebutlah yang membuat orang Minang dapat berbaur dengan baik dengan penduduk local manakala mereka merantau. "Seperti halnya juga seni music Canang Tigo dari Baso yang sebenarnya bisa berinteraksi dengan baik dengan semua jenis instrument karena pola permainan hocketing yang dimilikinya," sebut Uncu.
Dari pengalamannya berpentas bersama para komponis besar nasional, Uncu merasakan bahwa saat ini perhatian terhadap karya-karay para komponis muda semakin baik. Terutama untuk Minang, khususnya para alumni dan civitas akademika ISI Padangpanjang, apa yang berlangsung di Festival Gamelan Internasional waktu itu telah menjadi pembutkian atas pengakuan masyarakat music Indonesia terhadap kualitas karya mereka.
"Selain saya, kan ada juga kakanda Taufik Adam, para senior di Talago Buni dan sebuah penghargaan atas dedikasi berkarya untuk bapak Elizar. Tentu ini membanggakan kita," katanya.
Baca juga: PILKADA PESSEL 2024: Cawabup Nasta Oktavian Dilaporkan ke Polisi dan Bawaslu
Terkait dengan reaksi penonton, di antara 47 penampil dalam negeri dan 19 dari luar negeri, Uncu merasakan karyanya termasuk salah satu yang mendapat perhatian. Karena, cukup berbeda dari yang lain. Selain itu, ia juga bersyukur mendapat banyak pendokumentasian.
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- Prodi Pariwisata ISI Padang Panjang Datangkan Direktur Pemasaran Kemenpar, Ini Targetnya
- KPU Sumbar Gelar Jambore Demokrasi Pelajar, Idham: Program Literasi yang Layak Ditiru
- Kapolda Sumbar Perintahkan Bintara Pembawa 141 Paket Ganja Ditindak Tegas
- Semarak Ramadhan di Kota Padang Panjang, Dari Itikaf, Berbagi Berkah hingga Tadarusan
- Warga Tiga Kabupaten Terdampak Erupsi Gunung Marapi Dibantu 157 Ton Beras