Media Massa Penuh Drama Pencitraan, Medsos Banjir Hoaks, Teguh: Pilpres Bakal Berbuah Petaka

Rabu, 28 Maret 2018, 20:41 WIB | Kuliner | Nasional
Media Massa Penuh Drama Pencitraan, Medsos Banjir Hoaks, Teguh: Pilpres Bakal Berbuah...
Pendiri Sindikasi Media Online Indonesia atau Indonesian Online Media Syndicate (IOMS), Teguh Santosa. (istimewa)

VALORAnews - Pendiri Sindikasi Media Online Indonesia atau Indonesian Online Media Syndicate (IOMS), Teguh Santosa menilai, masyarakat pers nasional memiliki tanggung jawab untuk menggali dan menyiarkan track record serta kapasitas tokoh-tokoh yang menyatakan siap jadi presiden dan wakil presiden pada pemilu 2019 mendatang.

"Informasi mengenai drama pencitraan tokoh, seharusnya tidak jadi warna dominan dalam pemberitaan seputar kontestasi politik nasional yang sudah di depan mata," tegas Teguh dalam dialog di RRI Pro 1 Jakarta, Rabu (28/3/2018). IOMS adalah jaringan media yang dikelola Kantor Berita Politik RMOL.

Teguh jadi narasumber tunggal, dalam dialog yang dipandu penyiar, Ratih Atmodjo itu.

Drama pencitraan seperti naik kereta atau naik jet pribadi bersama petahana, diundang ke Istana memberi makan domba atau ke makam minta wangsit dan berkeliling dengan sepeda yang terlalu berlebihan, terang dia, bisa menyesatkan.

Baca juga: RAKER EVALUASI PEMILU, Medo Patria: Ini Penting untuk Pelaksanaan Pilkada

"Seakan hal-hal itu jauh lebih penting daripada kemampuan tokoh membaca tantangan zaman dan menyusun program strategis," urai Penasehat Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) itu.

Publik, sambung Teguh, harus mendapatkan informasi yang lebih substansial tentang figur, daripada sekadar drama pencitraan. "Masyarakat harus dibantu untuk memahami bahwa tantangan di depan lebih berat," terangnya.

Dikatakan Teguh, negara-negara besar dipimpin oleh tokoh yang memiliki karakter kuat. Disaat bersamaan, punya komitmen memproteksi kepentingan nasional mereka. Ada Donald Trump di Amerika Serikat, Xi Jinping di Republik Rakyat China, Shinzo Abe di Jepang, dan Narendra Modi di India, misalnya.

Dia menambahkan, sejak 2012, Teguh mengaku sudah mengamati fenomena politik pencitraan yang ketika itu disebutnya sebagai photoshop politics. Target dari praktik politik yang menggunakan teknik-teknik memoles penampilan seorang tokoh ini, akan hanya menawarkan keindahan semu.

Baca juga: PEMILU 2024, Bawaslu Pessel: Ada Satu Gugatan PHPU di TPS Bayang

"Kalau media massa diwarnai drama pencitraan, sementara media sosial diramaikan kabar bohong dan ujaran kebencian, maka pemilihan presiden secara langsung bisa berbuah petaka," tegas Teguh.

Halaman:
IKLAN NOMOR URUT PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR SUMBAR PEMILIHAN 2024

Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:

Bagikan:
IKLAN CALON WALI KOTA DAN WAKIL WALI KOTA PADANG PEMILIHAN SERENTAK 2024
IKLAN TOLAK POLITIK UANG PEMILIHAN SERENTAK 2024 KPU SUMBAR
IKLAN SOSIALISASI NOMOR URUT CALON BUPATI-WAKIL BUPATI KEPULAUAN MENTAWAI