Sekjen ASITech: Indonesia Masih Abai dengan Zoombombing, Pencurian Data dan Malware

Minggu, 07 Juni 2020, 17:32 WIB | Olahraga | Nasional
Sekjen ASITech: Indonesia Masih Abai dengan Zoombombing, Pencurian Data dan Malware
Ilustrasi.

VALORAnews - Wakil Sekjen Asosiasi Advance Simulator and Technology (Asitech) Indonesia, Thalhah Fakhrizal menegaskan, keamanan siber (onilne-red) mesti jadi fokus perhatian setiap eleman anak bangsa. Karena, bekerja di rumah (Work from Home/WfH) akan jadi keniscayaan di masa pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covidi9), yang masih belum bisa dikendalikan penyebarannya.

"Praktek zoombombing akan makin banyak terjadi. Zoombombing hanyalah salah satu kasus keamanan siber di webinar dan video conference, karena masih bisa terjadi kasus-kasus yang lebih berbahaya lainnya seperti pencurian data dari perangkat pengguna dan masuknya malware ke perangkat pengguna tanpa disadari," ungkap Thalhah Fakhrizal dalam pernyataan tertulis yang diterima, Ahad (7/6/2020).

Menurut dia, isu-isu terkait keamanan siber masih kurang diperhatikan pengguna aplikasi daring (dalam jaringan-red) di Indonesia. Seperti kejadian teranyar, pengambilalihan atau pembajakan wewenang host webinar yang digelar Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki, Malang, Jawa Timur, Kamis (4/6/2020) lalu.

Dimana, saat rekaman pidato Wapres RI, KH Ma'ruf Amin ditayangkan panitia, mengalami gangguan berupa coret-coretan tak beraturan berwarna merah dan biru secara bergantian. Padahal, awalnya Diskusi bertema 'Ekonomi Syariah di Indonesia: Kebijakan Strategis Pemerintah Menuju New Normal Life' tersebut berjalan lancar, termasuk ketika mulai menyanyikan lagu Indonesia Raya, sambutan Rektor UIN, hingga sambutan Staf Khusus Wapres.

Baca juga: PDI Perjuangan Raih 1 Kursi DPR RI dari Sumatera Barat, Alex: Mohon Doa dan Kritiknya

Menurut Thalhah, tak hanya praktek zoombombing, server aplikasi-aplikasi daring yang tersedia gratis tersebut semuanya berlokasi di luar negeri. Hal ini berkonsekwensi pada tidak bisanya otoritas keamanan siber Indonesia, melakukan audit security.

"Kondisi ini, akan membuat kita sampai kapanpun, tidak punya visibility terhadap seberapa baik tingkat keamanan aplikasi online yang tersedia, baik yang gratis maupun berbayar," tegasnya.

Parahnya lagi, terang dia, aplikasi tersebut ternyata memanfaatkan situasi --di mana mayoritas pelanggan yang membutuhkan--, jadi objek penelitian demi penyempurnaan produk tersebut. Dalam dunia bisnis digital, ini dikenal dengan istilah "user experience" (pengalaman pengguna).

"Makin besar user experience sebuah produk, maka makin cepat produk tersebut menjadi matured (matang). Pandemi telah memberi keuntungan tersendiri, karena user experience berkembang secara global," terangnya.

Baca juga: Muhammadiyah Sumbar Terima H Alex Indra Lukman

Situasi darurat yang hampir melanda seluruh negara di belahan dunia saat ini, terangnya, akan membuat tidak banyak orang peduli, terhadap keamanan siber saat melakukan komunikasi secara visual. Apalagi terhadap penyalahgunaan data, karena terbiasa dengan pola pikir jangka pendek.

Halaman:

Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:

Bagikan: