26 Santri Nurul Yaqin Al Hidayah Ikuti Taqarrubun Nafsiyah Perdana

Kamis, 04 Juli 2019, 17:56 WIB | Kabar Daerah | Kab. Padang Pariaman
26 Santri Nurul Yaqin Al Hidayah Ikuti Taqarrubun Nafsiyah Perdana
Peserta Taqarrubun Nafsiyah Pesantren Nurul Yaqin Al Hidayah foto bersama dengan pemateri Armaidi Tanjung, pimpinan dan guru, Rabu (3/7/201) sore di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Al Hidayah, di Korong Kampung Bendang, Nagari Sungai Sariak, Kecamatan VII Ko

VALORAnews - Santri pondok pesantren Nurul Yaqin Al Hidayah, harus memiliki cita-cita dalam meraih kesuksesan dalam kehidupan kelak. Belajar di pesantren, tidak hanya jadi tuanku/ustazhah semata, tapi belajar di pesantren juga bisa seperti anak sekolah umumnya kelak dikemudian hari. Terbukti, tamatan pondok pesantren bisa jadi presiden, wakil presiden, menteri dan pejabat negara lainnya di Indonesia.

Demikian ditegaskan Pengurus Dewan Pendidikan Kota Pariaman, Armaidi Tanjung, Rabu (3/7/201) sore dihadapan santri Pondok Pesantren Nurul Yaqin Al Hidayah, di Korong Kampung Bendang, Nagari Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padangpariaman. Armaidi tampil sebagai pemateri pada Taqarrubun Nafsiyah (masa pengenalan diri) santri Pesantren Nurul Yaqin Al Hidayah yang berlangsung hingga Kamis (4/7/2019).

Dikatakan Armaidi, presiden Indonesia pernah dijabat oleh tamatan pesantren, yakni Presiden Abdurrahman Wahid. Pada Pemilu 2019 yang baru saja usai, terpilih Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin yang juga tamatan pesantren di Tebuireng, Jombang. Begitu pula dari kalangan menteri dan pejabat negara lainnya banyak yang dari pesantren.

"Untuk itu, santri/santriwati memiliki kesempatan yang sama dengan anak-anak lain meraih kesuksesan dan profesi dalam hidupnya. Tinggal lagi sejauh mana santri/santriwati serius dan bersungguh-sungguh dalam belajar," kata Armaidi, penulis buku Anakku! Kenapa Harus Masuk Pesantren ini.

Baca juga: Momentum Imlek 2574, Buku Tragedi Kanso, Trauma Etnisitas Cina di Pariaman 1945 Diluncurkan

Menurut Armaidi, kesuksesan santri dalam kehidupannya kelak tidak semata hanya karena kecerdasan intelektual. Tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. "Ketiga kecerdasan tersebut sangat menentukan kesuksesan dan keberhasilan seorang santri dalam meraih masa depan yang lebih baik."

"Mudah-mudahan 15 hingga 20 tahun ke depan, santri Nurul Yaqin Al Hidayah sudah menjadi orang-orang hebat di lingkungannya. Sesuai dengan cita-cita yang sudah disampaikan diawal penyampaian materi ini," harap Armaidi.

Sebelumnya, para santri diminta menulis dan menyebutkan langsung nama, motivasi masuk pesantren dan cita-cita setelah tamat di pesantren. Para santri/santriwati menyebutkan cita-citanya ingin menjadi tuanku/ustazd/ustazdah, dokter, polisi (polwan), dosen, pedagang, pemain sepak bola, pengusaha, guru, wanita karir dan sebagainya.

"Insyaa Allah, cita-cita tersebut bisa tercapai dengan rajin belajar dan mengembangkan ketiga kecerdasan tersebut," kata Armaidi.

Baca juga: NU Sumbar Minta PMII Padang Tingkatkan Pengkaderan

Ketua Yayasan Pesantren Nurul Yaqin Al Hidayah, Nurdin Tuanku Sutan menyebutkan, peserta semua santri baru yang berjumlah 26 orang (13 laki-laki dan 13 wanita) merupakan santri pertama yang langsung mengikuti Taqarrubun Nafsiyah.

Halaman:

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan: