Momentum Imlek 2574, Buku Tragedi Kanso, Trauma Etnisitas Cina di Pariaman 1945 Diluncurkan

Senin, 23 Januari 2023, 17:42 WIB | Gaya Hidup | Provinsi Sumatera Barat
Momentum Imlek 2574, Buku Tragedi Kanso, Trauma Etnisitas Cina di Pariaman 1945...
Ilustrasi.

PADANG (23/1/2023) - Sekretaris Persatuan Penulis Indonesia (Satupena) Sumatera Barat, Armaidi Tanjung, luncurkan karya berjudul "Tragedi Kanso, Trauma Etnisitas Cina di Pariaman 1945," di Sekretariat Satupena Sumbar, Jl Cinduamato No 13 Padang, Senin. Peluncuran buku ini seiring momentum Imlek 2574 tahun 2023.

Menurut Armaidi, buku ini menguraikan peristiwa kanso yang pernah terjadi di Pariaman saat peralihan kekuasan pemerintahan Jepang kepada pemerintahan Republik Indonesia yang baru dimerdekakan tahun 1945.

Peristiwa kanso yang dilakukan pejuang-pejuang yang mendukung penuh kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap oknum warga keturunan Cina yang menjadi mata-mata Jepang.

"Beberapa tahun belakangan ini sudah mulai ada tulisan yang menyebutkan peristiwa itu terjadi tahun 1944. Padahal dari kronologis peristiwa kanso, peristiwa tersebut terjadi tahun 1945 seusai menyerahnya Jepang terhadap Sekutu yang disusul dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno dan Mohammad Hatta," kata Armaidi yang juga menulis buku, Kota Pariaman Dulu, Kini dan Masa Depan ini.

Baca juga: 5 Ribu Pasangan di Limapuluh Kota Belum Miliki Dokumen Pernikahan, Ini Kata Bupati

Buku setebal 192 halaman diterbitkan Pustaka Artaz dengan pengantar dari Dr Hasanuddin Msi Datuk Tan Patih, dosen Universitas Andalas Padang.

"Buku ini sangat penting dalam fenomena relasional antar etnik di Indonesia akhir-akhir ini. Sebab, dalam sejarah panjang keindonesiaan, mulai dari perjuangan pengusiran penjajah sampai merdeka dan melalui masa-masa sulit pengisian kemerdekaan yang hingga hari ini masih dipertanyakan apakah sudah berhasil atau tidak, slogan bhinneka tunggal ika masih tetap diuji," kata Hasanuddin.

Dikatakan Hasanuddin, sebagai sebuah tragedi dalam masa revolusi fisik, apalagi didasari oleh tindakan pengkhianatan, sebagai mata-mata musuh, jelas "tragedi kanso" itu sulit untuk dikatakan sebagai tindakan intoleran terhadap kelompok etnis Cina di Pariaman.

Pengkhianatan yang dilakukan oleh oknum dari komunitas Cina saat itu telah menimbulkan banyak korban di pihak pejuang pribumi. "Akibatnya, upaya pejuang Republik untuk memperkuat diri dalam mempertahankan kemerdekaan dari penjajahan yang hendak berkuasa kembali (Belanda) mengalami hambatan sangat berarti," tulis Hasanuddin.

Baca juga: PEMKAB PESSEL Menata Pustaka di Rutan Painan

Hasanudin merekomendasikan buku ini dibaca tuntas. Terlepas dari berbagai kelemahan yang ada, buku ini telah menghadirkan petaan histori, dudukkan posisi dan tatapan masa depan multikultual di Kota Pariaman, Minangkabau, dan Indonesia pada umumnya yang harmoni.

Halaman:

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan: