Inflasi Sumatera Barat Tertinggi Kedua di Sumatera
VALORAnews - Pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumatera Barat, Juli 2018 terpantau meningkat, lebih tinggi daripada periode lebaran bulan lalu. Laju inflasi bulanan pada Juli 2018 tercatat sebesar 0,56% (mtm), meningkat dibandingkan bulan Juni 2018 sebesar 0,37% (mtm).
"Besaran inflasi tersebut dibentuk dari 2 (dua) kota sampling inflasi yakni Kota Padang dan Kota Bukittinggi yang masing-masing mencatat inflasi sebesar 0,62% (mtm) dan 0,09% (mtm)," ungkap Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumbar, Bimo Epyanto dalam siaran pers yang diterima.
Inflasi Sumatera Barat berada di atas pergerakan harga nasional, yang mencatat inflasi sebesar 0,28% (mtm) pada Juli 2018. Secara tahunan, inflasi Sumatera Barat pada Juli 2018 sebesar 3,25% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 3,18% (yoy).Sementara itu, laju inflasi Sumatera Barat berdasarkan kalender tahun berjalan Januari-Juli 2018 mencapai 2,00% (ytd) atau masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,18% (ytd).
Dengan realisasi inflasi bulanan tersebut, Sumatera Barat menduduki posisi tertinggi ke-2 di Sumatera setelah Bengkulu, dan tertinggi ke-8 dari 26provinsi yang mengalami inflasi secara nasional. Papua Barat (1,25%, mtm), Kalimantan Timur (0,92%, mtm), dan Bengkulu (0,87% mtm) terpantau sebagai provinsi dengan inflasi tertinggi pertama, kedua, dan ketiga secara nasional.
Baca juga: Dharmasraya Alami Deflasi Periode Oktober 2024
Tekanan inflasi Sumatera Barat pada Juli 2018 disumbang oleh semua kelompok inflasi dengan laju inflasi tertinggi berasal dari kelompok volatile food. Laju inflasi kelompok volatile food pada bulan Juli tercatat mengalami inflasi sebesar 1,18% (mtm) atau naik dibandingkan bulan Juni 2018 sebesar 0,44% (mtm).
Secara spesifik, tekanan inflasi kelompok ini terutama berasal dari kenaikan harga komoditas daging ayam ras, beras, jengkol, dan telur ayam ras dengan sumbangan inflasi bulananmasing-masing 0,10% (mtm); 0,08% (mtm); 0,07% (mtm); dan 0,06%(mtm) terhadap keseluruhan inflasi di Sumatera Barat. Kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam ras merupakan akibat kenaikan harga pakan impor yang dipicu oleh pelemahan nilai tukar dan kenaikan harga jagung di pasar internasional.
Selain itu, implementasi kebijakan pelarangan penggunaan obat antibiotics growth promotors, yang berdampak pada penurunan produktivitas ayam penghasil daging dan telur, mengakibatkan penurunan pasokan daging dan telur ayam ras.
Sedangkan tingginya harga jengkol disebabkan oleh kurangnya pasokan mengingat sebagian aktivitas petani/pengambil jengkol belum kembali normal pasca lebaran. Lebih lanjut, tekanan inflasi kelompok volatile food tertahan oleh deflasi sejumlah bahan pangan strategis yakni bawang merah, petai, dan ikan nila.
Baca juga: Inflasi Tinggi Kerap Melanda, Bulog Sumbar Bangun Sinergisitas dengan TPID Pasbar
Sementara itu, laju inflasi kelompok administered pricester pantau melambat namun masih cukup tinggi. Kelompok barang yang diatur pemerintah tercatat mengalami inflasi sebesar 0,40% (mtm), turun dibandingkan periode Juni 2018 sebesar 0,64% (mtm). Kenaikan harga Pertamax per 1 Juli 2018 mengakibatkan komoditas bensin menyumbang inflasi bulanan sebesar 0,10% (mtm) pada bulan Juli.
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- PKD 2024 Berakhir, Audy Joinaldy: Promosi Budaya Diperlukan, Komunitas Seniman Butuh Dukungan Finansial
- Irsyad Safar: Event PKD Bisa Pengaruhi Gerakan Pelestarian Kebudayaan
- Pemprov Sumbar Pastikan Telah Libatkan Sanggar Darak Badarak di Belasan Kegiatan, Luhur: Dilakukan Profesional
- Ketika Seniman Pemberontak Dirangkul Pemerintahan Mahyeldi-Audy
- Dinobatkan jadi Ketua Matra Sumbar, Audy Joinaldy Dianugerahi Gelar Kanjeng Pangeran Aryo Suryo Negoro