Inilah Analisis Kontribusi Fenomena Gerhana Bulan Total Sabtu Dinihari

Jumat, 27 Juli 2018, 23:17 WIB | Wisata | Provinsi Sumatera Barat
Inilah Analisis Kontribusi Fenomena Gerhana Bulan Total Sabtu Dinihari
Sejumlah mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat, ikut menyaksikan proses gerhana bulan total di halaman BMKG Padangpanjang, Jumat (27/7/2018) malam hingga Sabtu dinihari. (istimewa)

VALORAnews - Fenomena alam Gerhana Bulan yang terjadi Sabtu (28/7/2018), memiliki julukan Micro Blood Moon. Saat fenomena alam itu berlangsung, jarak antara Bumi dan Bulan bisa mencapai 406.000 km, lebih jauh dari jarak rata-rata yang biasanya mencapai 384.000 km.

"Pada saat Gerhana Bulan total, bulan berwarna merah darah sehingga disebut blood moon. Warna merah darah tersebut disebabkan pembiasan cahaya Matahari oleh atmosfer Bumi sehingga warna merah cahaya Matahari menimpa purnama," terang Kepala BMKG Minangkabau, Achadi Subarkah Raharjo dalam siaran pers yang diterima, beberapa saat lalu.

Dijelaskan, kontribusi Gerhana Bulan terhadap gaya pasang surut dan naik air laut pada peristiwa kali ini tidak besar. Tingginya gelombang laut yang terjadi beberapa hari lalu hingga hari ini, lebih banyak disebabkan dinamika cuaca.

"Kondisi tekanan tinggi yang bertahan di Samudra Hindia (barat Australia) atau disebut dengan istilah Mascarene High memicu terjadinya gelombang tinggi di perairan selatan Indonesia," terangnya.

Baca juga: Ini Prakiraan Cuaca di 4 Objek Wisata Pantai Unggulan di Sumbar dari Sabtu Pagi hingga Sore

Hal itu terjadi, terangnya, dikarenakan kecepatan angin yang tinggi di sekitar wilayah kejadian mascarene high di Samudra Hindia (barat Australia) dan terjadinya swell/alun yang dibangkitkan oleh mascarane high, menjalar hingga wilayah Perairan Barat Sumatera, Selatan Jawa hingga Pulau Sumba.

Kondisi tersebut juga berdampak pada peningkatan tinggi gelombang hingga berkisar 4.0 -- 6.0 meter di perairan selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.

Sementara itu, di sebelah utara Indonesia, muncul gangguan cuaca lain, Badai Tropis Jongdari di sebelah timur Philipina. Badai tropis ini menyebabkan dinamika cuaca menjadi meningkat terutama di utara ekuator Indonesia, termasuk Sumatera Barat.

"Kewaspadaan akan potensi gangguan cuaca seperti hujan lebat, angin kencang dan gelombang tinggi masih perlu diwaspadai, terutama dampak yang ditimbulkannya," tegas Subarkah.

Baca juga: Waspada! BMKG Rilis Peringatan Dini Cuaca untuk Tanggal 12 dan 13 April 2024, Ini Daerahnya

BMKG telah mengeluarkan Peringatan Gelombang Tinggi untuk periode 26-29 Juli 2018, dimana tinggi gelombang antara 1,25-2,5 M berpeluang terjadi di Perairan timur Kepulauan Mentawai.

Halaman:

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan: