Inilah Profil 10 Penerima Award Yayasan Pusako Minangkabau
Musik Sampelong yang sebelumnya hanya milik masyarakat Taeh saja, saat ini telah menyebar ke berbagai perguruan tinggi seni, bahkan ke Eropa dan Amerika, melalui berbagai festival yang dibawakan oleh komposer ternama Indonesia, seperti Tony Prabowo dan Rahayu Supanggah. Saat ini musik Sampelong telah berkembang dalam bentuk garapan musik iringan tari dan komposisi musik kontemporer maupun tradisi. Semua penemuan dan kerja kreatif Islamidar tersebut telah memberi nafas panjang bagi perkembangan seni musik tradisional di Minangkabau. (*)
MUSRA DARIZAL KATIK JO MANGKUTO, yang akrab disapa Mak Katik adalah seniman yang banyak bertutur tentang Minangkabau melalui budaya lisan. Mak Katik pernah diundang untuk mengajar tentang budaya Minangkabau di University of Hawaii, Manoa, Amerika Serikat, dan Akademi Seni Warisan Budaya Kebangsaan Malaysia. Selain itu, juga mengajar di Universitas Andalas dan Universitas Negeri Padang.
Mak Katik yang lahir di Batipuh, Tanahdatar, belajar adat istiadat Minangkabau sejak tahun 1959 pada tiga orang guru, yaitu Rangkai Tuah Kabun, Mak Etek Jaka, dan Datuak Tongga. Ia belajar membuat pantun, membuat naskah randai, basaluang dan badendang, main talempong, dan bersilat. Selain itu, Mak Katik juga rajin berguru tentang adat dan budaya Minangkabau ke berbagai daerah di Sumatera Barat. Berbekal pengetahuan dan kepandaian yang didapat dari banyak guru tersebut, Mak Katik sering diundang ke berbegai negara untuk menampilkan seni dan budaya Minangkabau. (*)
SULASTRI ANDRAS, dikenal dengan panggilan Bu Cun, adalah pensiunan guru yang mendedikasikan hidupnya untuk kesenian Minangkabau melalui CV. Satampang Baniah. Selain itu, perempuan yang lahir di Agam tanggal 19 Januari 1953 ini, pernah sebagai Pengurus Bundo Kanduang Sumatera Barat selama 2 periode.
Satampang Baniah Group (yang sekarang bernama CV. Satampang Baniah) didirikan tahun 1985 silam. Satampang Baniah, memiliki kekuatan pada konsistensi mengapresiasi tradisi. Seni tradisi dan kekhkasan serta nilai-nilai Minangkabau, bisa kita temukan spiritnya pada karya-karya produksi Satampang Baniah.
Di antara karya tari yang naskahnya ditulis Bu Cun dari Kaba adalah Lareh Simawang, Siti Baheram, Sabai Nan Aluih, Cindua Mato, Gadih Ranti, dan lain-lain. Sedangkan tari kreasi Minang, yaitu, tari dantiang balinduang, Indang Saliguri, Rampak Sapayuang, dan seterusnya. Khusus Lareh Simawang, sudah tercatat tampil 97 kali sejak 1986-2008.
Di antara iven besar yang diikuti Satampang Baniah, adalah, mewakili Indonesia pada Expo Zaragoza Spanyol (2008), Ulang tahun Jiang Su di Nanjing Tiongkok (2008), Festival Kebudayaan ITB Berlin, Lefkas International Folklore di Lefkada, Yunani (2014). Selain itu, tampil pada pembukaan KTT IORA 2015, peresmian Naval Komodo 2016 di Lantamal II Teluk Bayur, Tour de Singkarak 2016, serta Pacifik Partnership 2016 di Lantamal Teluk Bayur. (*)
SYAHRUL TARUN YUSUF adalah musisi Indonesia asal Sumatera Barat yang dikenal sebagai pencipta lirik lagu-lagu pop Minang legendaris. Lebih dari 300 judul lagu yang tercipta dari imajinasi pria kelahiran Balingka, Agam, 12 Maret 1942 ini, sejak ia mulai berkarya pada tahun 1960-an. Karya-karya Syahrul banyak dibawakan dan membesarkan penyanyi-penyanyi Minang, seperti Elly Kasim, Tiar Ramon, Yan Bastian, Lily Syarif, Nurseha dan beberapa penyanyi Minang lainnya.
Beberapa lagu terkenal yang dicipta Syahrul Tarun Yusuf, antara lain, Ampun Mande, Bapisah Bukannyo Bacarai, Batu Tagak, Bika si Mariana, Bugih Lamo, Gasiang Tangkurak, Hujan, Karam di Lauik Cinto, Kasiah Tak Sampai, Minang Maimbau, Oi Andam Oii, Ranah Balingka, dan Tinggalah Kampuang.
Lagu-lagu ciptaan Syahrul tidak hanya dinikmati oleh warga Sumatera Barat, namun juga digemari oleh oleh publik sejumlah negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura dan lain-lain. Sering lagu ciptaannya didaur ulang sampai beberapa kali. Lagu karya Syahrul juga sempat mewarnai film layar lebar yang berjudul "Merantau." Sebagai bentuk penghargaan terhadap karya-karyanya, pada tahun 2009 diterbitkan buku biografi tentang perjalanan hidup Syahrul Tarun Yusuf yang ditulis oleh Muchsis Muchtar St. Bandaro Putiah. (*)
YUS DATUAK PARPATIAH adalah budayawan yang dikenal masyarakat Sumatera Barat melalui rekaman petuah adat, drama, komedi dan monolog di kaset. Sejak 1980 hingga 2015, ia sudah menghasilkan 130 judul karya. Antara lain, Di Simpang Duo, Maniti Buiah, dan Kasiah tak Sampai yang berbentuk drama, Rapek Mancik dan Bakaruak Arang yang merupakan karya komedi, Pitaruah Ayah, Baringin Bonsai, Diskusi Adat, Panitahan Baralek, Kepribadian Minang, serta Pitaruah Pangulu yang berbentuk petuah adat dan juga dua film yang diproduksi TVRI. Dalam decade 1980an hinggga 1990an, karya-karya Yus Datuak Parpatiah beredar dalam bentuk kaset di bawah label Balerong Grup Jakarta.
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- PKD 2024 Berakhir, Audy Joinaldy: Promosi Budaya Diperlukan, Komunitas Seniman Butuh Dukungan Finansial
- Irsyad Safar: Event PKD Bisa Pengaruhi Gerakan Pelestarian Kebudayaan
- Pemprov Sumbar Pastikan Telah Libatkan Sanggar Darak Badarak di Belasan Kegiatan, Luhur: Dilakukan Profesional
- Ketika Seniman Pemberontak Dirangkul Pemerintahan Mahyeldi-Audy
- Dinobatkan jadi Ketua Matra Sumbar, Audy Joinaldy Dianugerahi Gelar Kanjeng Pangeran Aryo Suryo Negoro