Dari Lokakarya Meliput Perubahan Iklim (1): Agar Gambut Tak Lagi Cemberut
VALORAnews - Wanita-wanita cantik berhidung mancung khas bule itu, tampak gelisah .Tiap sebentar mereka mondar-mandir sembari melihat keluar pondok. Hujan yang turun dengan derasnya sejak pagi telah menghambat aktivitas mereka.
Wanita-wanita cantik tersebut adalah peneliti dari Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) Kereng Bangkirai-Sebangau, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Tidak seperti laboratorium pada umumnya. Namanya juga laboratorium alam, tidak ada gelas-gelas maupun botol yang berisi cairan kimia, pun tidak ada para petugas berseragam putih-putih. Yang ada adalah pondok-pondok kayu dikelilingi pepohonan lebat dan ratusan bahkan ribuan bibit pohon berbagai jenis. Petugasnya pun berpakaian seperti penduduk pada umumnya.
LAHG memang laboratorium tempat pembudidayaan aneka ragam hayati. Selain itu, tempat yang kaya akan aneka ragam satwa tersebut, juga telah menarik para peneliti maupun pencinta lingkungan untuk melakukan berbagai penelitian. Satwa yang jadi objek utama adalah beberapa jenis monyet yang terancam punah.
Baca juga: Dari Lokakarya Meliput Perubahan Iklim (3): Mencegah Kebakaran Hutan itu Lebih Baik
Untuk mencapai lokasi LAHG tidaklah mudah. Memerlukan waktu satu jam perjalanan darat dari Bandar Udara Tjilik Riwut, kemudian dilanjutkan dengan menaiki perahu kecil bermesin. Oleh penduduk setempat disebut kelotok.
Kalau musim penghujan, air sungai cukup tinggi sehingga bisa melewati jalur pintas yang membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Kalau musim kemarau dan air sungai sungai surut, maka jarak tempuh bisa memakan waktu satu jam, karena harus menempuh jalur memutar agar bisa sampai ke basecamp LAHG.
Memasuki kawasan LAHG yang terdapat di Utara Taman Nasional Sebangau, terdapat jalur-jalur yang mirip rel kereta api. Pada 9 Juli 1999, kawasan ini diresmikan pemerintah dan dikelola Universitas Palangkaraya bekerjasama dengan Center for International in Sustainable Management of Tropical Peatland (CIMTROP), lembaga internasional dibidang penataan secara berkelanjutan lahan gambut daerah tropis.
Di lahan seluas 50.000 hektar ini, tiap hari, peneliti dan petugas menjalankan aktivitasnya. Menurut Krisyoyo, Koordinator Tim yang juga bertugas sebagai Koordinator Tim Patroli di LAHG ini, dia dan empat orang temannya mempunyai tugas berbeda. Dia kebagian pekerjaan berpatroli keliling kawasan dibantu penduduk sekitar. Ada yang bertugas memasang kamera pengawas di sekitar kawasan.
Baca juga: Dari Lokakarya Meliput Perubahan Iklim (2): Hutan itu Penyangga Kehidupan
Kamera berfungsi menangkap aktivitas satwa yang ada di dalam kawasan khususnya satwa yang jadi objek penelitian. Ada yang bertugas mencatat dan mamantau populasi berbagai jenis kupu-kupu serta ada yang bertugas membuat kanal untuk menampung air.
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- DPR RI: Iven Pariwisata jadi Pemicu Pertumbuhan Ekonomi Sumbar di Lajur Positif Semester I 2023
- Digugat ke PN Jakarta Selatan, BANI Yakin Putusan Majelis Arbiter Kuat
- Kembangkan Potensi Wisata Pulau Bangka, Ini Saran Selebriti Rafi Ahmad
- Ini Nama dan Lokasi 32 Bandara Internasional di Indonesia, Sebagian akan Dipangkas Menteri BUMN
- Masuk Monas Mesti Pakai JakCard, Ini Harga dan Tarif Masuk Januari 2023
Mahmud Marhaba Lantik Pengurus Provinsi dan Daerah PJS se-Gorontalo
Nasional - 12 November 2024
Fadli Zon Raih 2 Rekor MURI, Ini Alasan Jaya Suprana
Nasional - 03 November 2024