80 Orang Kader Ansor Dibai'at
VALORAnews - Kader Gerakan Pemuda Ansor, harus siap menghadapi tantangan dari pihak-pihak yang ingin merongrong keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Banyaknya gerakan yang muncul belakangan ini, yang ingin mengubah dasar negara Pancasila, termasuk mendirikan negara yang berlabel syari'ah.
Wakil Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Ruchman Basori mengungkapkan hal itu, pada pembukaan Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Ansor, Jumat (1/5/2015) di BLTP Padang. PKD berlangsung hingga Minggu (3/5/2015), diikuti 80 peserta utusan dari berbagai PC GP Ansor di Sumatera Barat.
Menurut Ruchman Basori, kader Ansor sebagai bagian dari kader Nahdlatul Ulama jauh-jauh hari sebelum kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan pada 1945, sudah ikut berjuang mewujudkan menetapkan bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan. Bukan negara Islam, negara Syariat Islam.
Yang penting bagaimana negara itu memberikan kebebasan bagi umat Islam untuk menjalankan kewajibannya sebagai umat beragama Islam. Nilai-nilai kebangsaan menjadi spirit dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa.
"Pada Muktamar NU ke-11 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan 1936, NU sudah bermaksud mendirikan negara berdasarkan prinsip kebangsaan, bukan berdasarkan syariat Islam. Tapi NU sendiri terus gigih melawan Belanda yang dianggap sebagai pemerintahan ghoosob (tidak sah)," kata Ruchman Basori, kandidat Doktor Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta ini.
Dikatakan, saat ini makin gencar serangan terhadap amalan dan tradisi NU yang diserang pihak tertentu. Mereka gencar membid'ahkan tradisi ziarah, yasinan, tahlilan, salawatan dan sebagainya. Bahkan gerakan ini cenderung mengimpor tradisi (sikap) dari luar Indonesia yang diklaim lebih Islami.
Sedangkan bagi kader Ansor, bagaimana terus mengawal tradisi-tradisi yang tumbuh di masyarakat yang selama ini mampu menjadi perekat kehidupan beragama dan bermasyarakat. "Kekuatan tradisi yang menjadi kekuatan masyarakat itu, inilah yang selalu diserang agar masyarakat menjadi rapuh dan mudah dimasuki oleh pihak asing yang tidak ingin umat Islam di Indonesia kuat," kata Basori.
Basori juga menyebutkan, serangan terhadap tradisi NU di masyarakat melalui media informasi, baik media cetak, media elektronik, maupun media sosial makin gencar. "Ternyata media tersebut banyak langsung dijadikan rujukan bagi umat yang ingin menambah pengetahuan agama. Seolah-olah apa yang disampaikan media tersebut, dialah yang benar, yang lain salah," kata Basori.
Selain Basori, tampil sebagai instruktur dari PP GP Ansor, Khoirul Anwar dan Rahmat Hidayat Pulungan, Ketua PW GP Ansor Sumbar, Rusli Intan Sati dan Bendahara Ansor Sumbar Armaidi Tanjung.
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- PKD 2024 Berakhir, Audy Joinaldy: Promosi Budaya Diperlukan, Komunitas Seniman Butuh Dukungan Finansial
- Irsyad Safar: Event PKD Bisa Pengaruhi Gerakan Pelestarian Kebudayaan
- Pemprov Sumbar Pastikan Telah Libatkan Sanggar Darak Badarak di Belasan Kegiatan, Luhur: Dilakukan Profesional
- Ketika Seniman Pemberontak Dirangkul Pemerintahan Mahyeldi-Audy
- Dinobatkan jadi Ketua Matra Sumbar, Audy Joinaldy Dianugerahi Gelar Kanjeng Pangeran Aryo Suryo Negoro