Kenangan di Pasa Pabukoan Payakumbuh Hentikan Perjalanan Supardi menuju Lokasi Safari Ramadhan
Di tengah keramaian sore itu, Supardi sambil berkelakar dengan pedagang, mengimbau mereka untuk tidak menggunakan pengawet dan pemanis yang berbahaya bagi kesehatan pada aneka kuliner yang dijual.
"Kan lai pakai gulo cindua ko, ni? Jan campua lo jo pemanis buatan atau pewarna," ungkap Supardi.
"Ndak pak, kami lai pakai gulo soka," jawab pedagang sambil membungkus makanan untuk diberikan ke Supardi.
Baca juga: DPRD Sumbar Periode 2019-2024 Akhir Masa Jabatan dengan Rapat Paripurna Tutup Masa Sidang III
Di Pasa Pabukoan ini tersedia beragam menu makanan dan jajanan. Namun yang paling banyak dicari adalah berbagai makanan tradisional, yang kadang hanya ada ketika Bulan Ramadhan.
Seperti Bongko, Mie Tahu, aneka gorengan, berbagai jenis sambal, minuman dan banyak lainnya.
Ketika jam sudah menunjukkan pukul 18.00 WIB, Supardi dan rombongan kembali bergegas ke mobil.
"Kita jalan ke Tambago, warga sudah menunggu kita untuk berbuka puasa bersama," kata Supardi.
Pasa Pabukoan Jumat sore itu, memang sedang ramai-ramainya. Pembeli berdesakan.
Memang pasa pabukoan adalah tradisi masyarakat Payakumbuh. Tidak hanya untuk mencari takjil, tapi juga ajang silaturahmi.
"Pasa Pabukoan mampu menggerakkan perekonomian masyarakat, dan pedagang harus menjaga kebersihan dan keramahan, apalagi nanti saat perantau pulang, tentu pasar ini akan semakin ramai," ungkap Supardi. (*)
Penulis: Al Imran
Editor: Mangindo Kayo
Sumber:
Berita Terkait
Pilkada Kota Payakumbuh Diikuti 5 Paslon, Terbanyak se-Indonesia
Kota Payakumbuh - 23 September 2024
25 Anggota DPRD Payakumbuh 2024-2029 Dilantik
Kota Payakumbuh - 03 September 2024