Supardi: Generasi Muda Minang Cenderung tak lagi Hargai Adat dan Budaya
Tatanan adat dan budaya sudah terdesain menyelamatkan masyarakat dari berbagai permasalahan.
Salah satu contohnya dalam permasalahan anak kurang gizi atau stunting.
Dalam nilai adat dan budaya Minangkabau, lanjut Supardi, sudah ada pengaturan tentang ketahanan pangan keluarga dan suku. Jika hal ini diterapkan permasalahan stunting sangat bisa dihindari.
Baca juga: Narasumber di Unand, Supardi Tantang Perguruan Tinggi Kawal Pilkada Nasional Serentak 2024
"Di Payakumbuh, angka stunting relatif tinggi. Ini menjadi permasalahan yang mesti kita entaskan bersama," katanya.
Selain itu, kata Supardi, adat dan budaya tidak bisa dinilai sebagai hal kuno yang sejalan dengan kebutuhan masa depan.
"Justru dengan nilai-nilai adat dan budaya yang sudah ada ini kita bisa menjadi daerah yang maju," tegas Supardi.
Ia mencontohkan, salah satunya Maek. Peradaban kuno ini di Limapuluh Kota. Ia mengatakan jika diekspos dengan baik, Maek akan menjadi hal yang menarik perhatian dunia.
Menurut dia, Maek merupakan peradaban kuno yang sangat bernilai wisata sejarah. Begitu juga dengan adat dan budaya lainnya di Sumbar, hal ini bisa menjadi potensi besar untuk memajukan daerah dan masyarakatnya.
"Pengelolaan adat budaya secara optimal akan menjadi pelestarian yang efektif bagi nilai adat dan budaya itu sendiri."
"Selain itu juga menyelesaikan permasalahan kemiskinan dan kemiskinan karena sektor pariwisata yang pergerakannya dengan mengekspos adat dan budaya," katanya.
Penulis: Al Imran
Editor: Mangindo Kayo
Sumber:
Berita Terkait
- Pertemuan Filantropi Angkatan II Payakumbuh, Supardi Bicara Pentingnya Terobosan dalam Pembangunan
- Safari Ramadhan ke Lamposi Tigo Nagari, Supardi: Masjid Tempat Terbaik Cetak Generasi Emas
- Safari Ramadhan di Kelurahan Nunang, Supardi Ingatkan Bahaya Sogok dalam Memilih Pemimpin
- Safari Ramadhan di Kelurahan Sicincin, Supardi Ingatkan Maraknya Ngelem di Kalangan Remaja
- Ketua DPRD Sumbar Minta Maaf ke Jemaah Masjid Arsyad Nankodok