Tangsi Belanda di Kabupaten Siak, Jejak Arsitektur Kolonial di Negeri Jajahan
Gedung F yang paling belakang itu dahulu dijadikan tempat makan para tentara.
Sebenarnya, bangunan itu ada dua namun yang sudah dibangun Kementerian PUPR satu unit gedung yang berada paling belakang. Karena berdasarkan hasil identifikasi tim ahli, strukturnya dinyatakan lebih lengkap.
Sementara, bangunan kedua hanya tersisa tapak pondasinya saja. Akhirnya pemerintah mengemas sebagai objek tapak situs, untuk menceritakan bahwa dulu pernah ada bangunan yang identik dengan bangunan di sebelahnya.
Bahkan, menggunakan modifikasi pencahayaan untuk menambah nilai estetika.
Kompleks Tangsi Belanda ini juga sangat cocok dijadikan lokasi studi seni arsitektur bangunan kolonial abad 19, khususnya bagi mahasiswa teknik sipil.
Pemkab Siak berharap aset kompleks tangsi bisa tetap lestari melalui peran suatu badan pengelola situs cagar budaya yang ada di kota pusaka.
"Supaya kita tak hanya mendapatkan nilai tambah magnet pariwisata, namun situsnya tetap terjaga dan bisa diwariskan untuk generasi masa depan," ucap Irving. (*)
Penulis: Arif Budiman Effendi
Editor: Mangindo Kayo
Sumber:
Berita Terkait
- Masyarakat Kuansing Gelar Tradisi Ghayo Onom, Kadisbud Riau: Daftarkan jadi Warisan Budaya Tak Benda
- Ornamen Hias Puncak Masjid Jami' Air Tiris Disambar Petir, Serpihannya Tersebar hingga 10 Meter
- Catatan BPS Riau; Kunjungan Wisman Melonjak, Tingkat Penghunian Hotel 37,58 Persen
- Kemenparekraf Kembangkan Paket Wisata Religi Berbasis Masjid Bersejarah, Disparekraf Riau Klaim Sudah Berkolaborasi
- Gajah Betina Berusia 41 Tahun di TN Tesso Nilo Melahirkan, Hasil Breeding dengan Gajah Liar