Kolektor 5 Ribu Buku yang Kini Diunggulkan Rakyat jadi Gubernur Sumbar

Minggu, 29 November 2020, 15:18 WIB | Wisata | Provinsi Sumatera Barat
Kolektor 5 Ribu Buku yang Kini Diunggulkan Rakyat jadi Gubernur Sumbar
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumbar, Mahyeldi-Audy Joinaldy.

VALORAnews - Tak banyak yang menyangka, kehidupan awal Mahyeldi yang kini jadi Cagub Sumbar idola rakyat, ternyata cukup "marasai" di masa kecil dan remaja. Mahyeldi harus ditempa oleh kerja keras membantu ayahnya untuk mendapatkan uang.

Mulai berjualan ikan, menjadi loper koran, menjajakan kue buatan ibunya, harus dijalani Mahyeldi muda dalam menyambung hidup dan pendidikannya. Maka tak heran, ketika jadi menjadi anggota DPRD Sumbar pada 2004, lalu Wawako Padang hingga Walikota Padang dua periode sikap sederhana selalu menghiasi pribadi Mahyeldi.

Mahyeldi menjalani masa kecil dan sekolahnya di Gadut, Tilatang Kamang, Agam, sebuah nagari yang berbatasan langsung dengan Bukittinggi. Ia lahir dari pasangan suami istri Mardanis St. Tanameh dan Nurmi. Ia adalah kakak bagi enam adiknya. Lahir dari keluarga sederhana dengan seorang ayah yang bekerja sebagai buruh angkat di Pasar Atas Bukittinggi, ia harus bekerja keras membantu ayahnya untuk mendapatkan uang sejak masih kelas tiga SD.

Seusai membantu ayahnya, ia bergegas ke sekolah dan tidak pernah terlambat. Tak heran, ia selalu menjadi juara kelas.

Baca juga: Andree Algamar Dilantik jadi Pj Walikota Padang, Mahyeldi: Selesaikan Permasalahan Masyarakat

Saat Mahyeldi kelas lima SD, ayahnya membawa ia dan keluarganya merantau ke Kota Dumai. Setelah berada di Dumai, tanggung jawab Mahyeldi semakin besar.

Waktunya habis oleh belajar dan bekerja. Usai salat subuh, ia berjualan ikan yang didapatnya dari nelayan asal Pariaman yang akrab disapa Ajo. Ajo ini sering memberi potongan harga kepadanya.

Setelah berjualan ikan, Mahyeldi juga menjadi loper koran. Ia direkrut oleh pemuda asal Aceh, pemilik kios buku dan koran terkemuka di Dumai.

Dengan berjualan koran, ia banyak tahu informasi yang sedang terjadi. Saat korannya habis, ia berlari kembali ke toko bosnya untuk menghabiskan waktu melahap buku dan majalah terbaru sembari menunggu jam sekolahnya yang masuk pada waktu siang hari. Alhasil, pengetahuannya di atas rata-rata murid di sekolahnya.

Baca juga: Bencana Lahar Dingin Sumbar, BSI Bantu Rp200 Juta, Apical Grup Distribusikan 6 Ton Minyak Goreng

Bahkan, gurunya yang enggan membeli koran sering menanyakan kepadanya mengenai berita aktual.

Halaman:

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan: