Diserang dengan Potongan Video Debat Pilwako 2018, Ini Penjelasan Mahyeldi
VALORAnews - Calon gubernur Sumbar, Mahyeldi menilai, dirinya makin gencar diserang kampanye hitam (black campaign) pada hari-hari terakhir jelang pencoblosan pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumbar, 9 Desember 2020. Materi kampanye hitam yang disebar di berbagai platform media sosial itu, potongan rekaman video debat kampanye pemilihan wali kota dan wakil wali kota Padang (Pilwako) 2018 lalu.
"Mari pahami kalimat yang saya sampaikan dalam debat itu secara utuh. Jika sepotong-potong, akan menimbulkan pemahaman keliru," harap Mahyeldi saat berdialog dengan relawan Jaringan Alumni Unand BA-Satu (Jalinan BA-Satu) di Padang, Jumat (20/11/2020) sore.
Pada debat itu, Mahyeldi yang didampingi wakilnya, Hendri Septa menjawab pertanyaan rivalnya dalam Pilwako Padang pada pemilihan serentak 2018 dengan kalimat, "Kami sampaikan, karena memang banyak pertanyaan tentang saya, bahwasanya saya akan meninggalkan Kota Padang ini di tengah jalan, perjalanan, yakinlah itu adalah, bahwasanya berita ini tidak benar. Saya sebagai wali kota Padang akan menjabat wali kota Padang kedepan sampai 2024. In Syaa Allah. Tak usah ragu dan bimbang."
"Kalimat In Syaa Allah saya ucapkan, menandakan saya masih orang beriman. Bahwa hidup kita ini ada peran pihak lain disekitar kita (walaupun itu sedikit) dan terutama campur tangan Allah SWT," tegas Mahyeldi.
Baca juga: PEMILU 2024, Rega Desfinal: Pola Kampanye Hitam Merusak Demokrasi
"Nabi Ibrahim AS sesaat sebelum menyentuhkan pisau ke leher Nabi Ismail AS, juga mengucapkan kalimat In Syaa Allah. Jadi, mari melihatnya secara komprehensif. Jangan lihat judul dan potongan kalimat itu saja," ajak Mahyeldi.
Kemudian, tegas Mahyeldi, keputusan jadi calon gubernur, bukan lah keputusan yang bisa dilakukannya secara sendiri. Melainkan, keputusan pihak lain yang lebih tinggi terhadap dirinya, sebagai bagian dari sebuah organisasi (partai-red).
"Dalam struktur organisasi apa saja, tentunya harus menjalankan keputusan yang telah jadi keputusan bersama. Kalau kita pribadi saja, tentu bisa saja memutuskan sesuai keinginan sendiri," tegasnya.
"Jika ada kepentingan pribadi, lalu ada kepentingan yang lebih banyak, tentu kita sebagai pribadi, harus mengikuti kepentingan lebih banyak itu," tambah Mahyeldi mendeskripsikan bahwa, jadi calon gubernur tersebut adalah keputusan terhadap dirinya sebagai bagian dari sebuah organisasi politik.
Baca juga: Penggiat Medsos Tak Inginkan Kampanye Hitam
Terkait kalimat akan meninggalkan Kota Padang dalam konten black campaign itu, Mahyeldi menegaskan, dengan naik kelas sebagai gubernur, dirinya tentu tak akan meninggalkan ibu kota provinsi Sumbar ini.
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- PKD 2024 Berakhir, Audy Joinaldy: Promosi Budaya Diperlukan, Komunitas Seniman Butuh Dukungan Finansial
- Irsyad Safar: Event PKD Bisa Pengaruhi Gerakan Pelestarian Kebudayaan
- Pemprov Sumbar Pastikan Telah Libatkan Sanggar Darak Badarak di Belasan Kegiatan, Luhur: Dilakukan Profesional
- Ketika Seniman Pemberontak Dirangkul Pemerintahan Mahyeldi-Audy
- Dinobatkan jadi Ketua Matra Sumbar, Audy Joinaldy Dianugerahi Gelar Kanjeng Pangeran Aryo Suryo Negoro