Patriot Militan di Tengah Pandemi

Senin, 08 Juni 2020, 09:15 WIB | Wisata | Nasional
Patriot Militan di Tengah Pandemi
Kepala Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Dr dr Andani Eka Putra, MSc. (humas bnpb)

SAAT bangsa gelisah dirundung wabah, kabar cerah membasut dari Ranah Minang. Bumi yang banyak melahirkan "Sang Pencerah" mulai dari Tuanku Imam Bonjol, Hatta, Hamka, Sjahrir hingga Rasuna Said. Di era kekinian, nama Andani, layak dicatat sebagai salah satu "patriot" Covid-19.

Jika ditulis lengkap, nama pria berkumis dan berjenggot tebal ini adalah Dr dr Andani Eka Putra, MSc. "Kalau belum kenal, banyak yang mengira saya perempuan, karena nama depan saya," ujar Andani, dikutip secara utuh dari lamanhttp://bnpb.go.id yang diunggah Ahad (7/6/2020) pagi.

Di Sumatera Barat, dokter berkacamata minus ini bukanlah nama yang asing. Selain sebagai pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand) Padang, juga menjabat Direksi RS Universitas Unand. Tapi kali ini, kita tempatkan dia dalam kedudukannya sebagai Kepala Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Dia memang banyak berkecimpung di ranah virus, mulai dari rotavirus, hepatitis, HIV dan lain-lain. "Alhasil, ketika virus corona menyerang, saya tidak mungkin berpangku tangan," ujarnya.

Baca juga: Kuliah Umum Dihadiri Tim Frasa Indonesia: Doni Monardo Kisahkan Keterlibatan Seniman Era Kolonial Belanda dan Citarum Harum di Kampus ISI

Dengan sepasukan pekerja laboratorium yang berstatus mahasiswa, Andani menorehkan prestasi, dalam hal kapasitas pemeriksaan sampel darah untuk mendeteksi Covid-19. Ketika laboratorium lain hanya bisa menyelesaikan pemeriksaan 100 hingga 200 sampel per hari, laboratorium FK Unand rata-rarta bisa menyelesaikan 800 sampel.

"Angka tertinggi mencapai 1.570 sampel dalam satu hari selesai," ujar lulusan FK Unand 1996 itu.

Bagaimana Andani bisa bekerja dengan hasil yang begitu fantastis? Bahkan melampaui pencapaian hasil tiga laboratorium besar di Indonesia yang dimiliki Kementerian Kesehatan, Pemprov DKI Jakarta, dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

"Laboratorium yang kami pakai, awalnya adalah labotarorium riset milik saya pribadi. Hampir semua barang dan peralatan laboratorium milik saya. Sebagian saya beli sendiri, sebagian pengadaan hasil kerjasama dengan perusahaan untuk sebuah pengembangan produk," tuturnya.

Baca juga: Cegah Covid19 di Libur Lebaran, Doni Monardo: Jan Lai Ado Acara Pulang Basamo

Nah, ketika virus corona mulai masuk Indonesia, ia pun bersiap-siap terlibat di dalamnya. Untuk membantu pemeriksaan di laboratorium, ia meminta kesediaan para mahasiswa kedokteran Universitas Andalah, baik yang S1 maupun S2. "Alhamdulillah, mereka bersedia. Meski dari sorot matanya, saya bisa membaca binar-binar cemas, bahkan takut," kata lulusan master Kedokteran Tropis UGM Yogyakarta tahun 2009 itu.

Halaman:

Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:

Bagikan: