Inflasi Sumbar Dipicu Faktor Kenaikan Harga Emas Akibat Isu Pandemi Korona
VALORAnews - Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatera Barat, Wahyu Purnama A mengungkapkan, Sumatera Barat tercatat mengalami deflasi pada Maret 2020. Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) umum Sumatera Barat pada Maret 2020 tercatat mengalami deflasi tipis sebesar -0,01% (mtm), atau meningkat dibandingkan realisasi Februari 2020 yang deflasi sebesar -0,20% (mtm).
"Laju inflasi Sumatera Barat pada Maret 2020 tercatat berada di bawah realisasi inflasi nasional yang sebesar 0,10% (mtm) namun lebih tinggi dibandingkan realisasi Kawasan Sumatera yang mengalami deflasi sebesar -0,15% (mtm)," ungkap Wahyu dalam pernyataan tertulis, Kamis (2/4/2020).
Secara spasial, terangnya, pada Maret 2020 Kota Padang tercatat mengalami deflasi sebesar -0,02% (mtm) meningkat dari realisasi bulan Februari 2020 sebesar -0,29% (mtm), menjadikannya sebagai kota dengan nilai deflasi tertinggi ke-13 dari 14 kota/kabupaten IHK di kawasan Sumatera yang mengalami deflasi serta berada pada peringkat ke-44 deflasi tertinggi dari 47 kota/kabupaten IHK di Indonesia yang mengalami deflasi.
Pada Maret 2020, Kota Bukittinggi mengalami inflasi sebesar 0,07% (mtm) lebih rendah dari realisasi inflasi pada bulan Februari 2020 yang tercatat inflasi sebesar 0,46% (mtm). Realisasi inflasi Kota Bukittinggi menjadikannya sebagai kota dengan nilai inflasi tertinggi ke-7 dari 10 kota/ kabupaten di Kawasan Sumatera yang mengalami inflasi. Selanjutnya secara nasional, Kota Bukittinggi berada pada peringkat ke-28 dari 44 kota/ kabupaten IHK yang mengalami inflasi.
Baca juga: Dharmasraya Alami Deflasi Periode Oktober 2024
Secara tahunan pergerakan harga pada Maret 2020 menunjukkan inflasi sebesar 2,09% (yoy) atau menurun dibandingkan realisasi inflasi Februari 2020 yang sebesar 2,28% (yoy). Nilai inflasi tahunan Sumatera Barat ini tercatat lebih rendah dari realisasi inflasi nasional sebesar 2,98% (yoy) dan realisasi Kawasan Sumatera sebesar 2,25% (yoy). Inflasi tahun berjalan 2020 (s.d Maret 2020) Sumatera Barat tercatat sebesar 0,39% (ytd) atau menurun dibandingkan Februari 2020 yang sebesar 0,40% (ytd).
Deflasi Provinsi Sumatera Barat pada Maret 2020 terutama berasal dari deflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau. Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi sebesar -0,16% (mtm) didorong oleh penurunan harga berbagai komoditas bahan makanan dikarenakan mulai masuknya masa panen sehingga pasokan melimpah.
Komoditas penyumbang deflasi pada kelompok ini antara lain cabai merah, bawang putih dan ayam hidup dengan andil deflasi masing-masing sebesar -0,19% (mtm), -0,03% (mtm) dan -0,02% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas penyumbang inflasi di kelompok makanan, minuman dan tembakau antara lain gula pasir, ikan cakalang/ ikan sisik dan cabai hijau yang menyumbang inflasi dengan andil masing-masing sebesar 0,03% (mtm), 0,02% (mtm) dan 0,06% (mtm).
Kenaikan harga gula pasir disebabkan oleh terbatasnya pasokan dari Lampung dan masih terkendalanya pasokan impor. Ikan cakalang/ ikan sisik dan cabai hijau mengalami kenaikan harga seiring dengan kenaika permintaan.
Baca juga: Pjs Wako Bukittinggi Minta TPID Pantau Harga Sembako Tetap Terjangkau
Di sisi lain, tekanan inflasi pada Maret 2020 juga berasal dari inflasi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,89% (mtm) meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,56% (mtm).
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- PKD 2024 Berakhir, Audy Joinaldy: Promosi Budaya Diperlukan, Komunitas Seniman Butuh Dukungan Finansial
- Irsyad Safar: Event PKD Bisa Pengaruhi Gerakan Pelestarian Kebudayaan
- Pemprov Sumbar Pastikan Telah Libatkan Sanggar Darak Badarak di Belasan Kegiatan, Luhur: Dilakukan Profesional
- Ketika Seniman Pemberontak Dirangkul Pemerintahan Mahyeldi-Audy
- Dinobatkan jadi Ketua Matra Sumbar, Audy Joinaldy Dianugerahi Gelar Kanjeng Pangeran Aryo Suryo Negoro