Format Sosialisasi Kepemiluan Melalui Seni Budaya Mesti Dirumuskan Ulang
VALORAnews - Ketua Divisi Partisipasi Masyarakat dan SDM KPU Sumbar, Gebril Daulay menilai, seni tradisi masih layak jadi salah satu media sosialisasi kegiatan kepemiluan. Namun, formatnya masih harus diperbaharui mengikuti perkembangan zaman terutama teknologi informasi.
"Pentas seni dekat dengan suasana bising dan hingar-bingar. Apalagi budaya Piaman yang banyak menggunakan alat musik perkusi. Menyelipkan pesan-pesan pemilu dalam bingkai kesenian tradisi seperti gendang tasa, saluang atau lainnya, masih harus terus kita kaji format penyajiannya," ungkap Gebril usai menyaksikan Festival Balah Hilia 2019 di halaman Stikes Nan Tongga Pariaman, Sabtu (19/10/2019) malam.
Selain menampilkan sejumlah penggiat seni tradisi dari berbagai berbagai nagari di Piaman Laweh serta sejumlah daerah di Sumbar seperti Padangpanjang, Tanahdatar, Sawahlunto dan daerah lainnya, panitia juga menyediakan stand kuliner khas tempo doeloe di sekitar lokasi acara. Catatan panitia, tamu yang hadir juga tak kalah menterengnya. Terdiri dari guru besar, dosen, praktisi industri kreatif, literat, praktisi media serta 700 ratusan warga.
Dikatakan Gebril, pada penyelenggaraan pemilihan kepala daerah serentak 2020 yang akan dihelat di 11 kabupaten, 2 kota dan provinsi di Sumbar ini, anggaran sosialisasi melalui seni tradisi telah dialokasikan. "Kunjungan kita ke festival ini, juga dalam upaya mencari format sosialisasi terbaik. Kita juga berencana berdialog dengan civitas akademika ISI Padangpanjang untuk mendiskusikannya," ungkap Gebril.
Baca juga: Ketika Seniman Pemberontak Dirangkul Pemerintahan Mahyeldi-Audy
Manfaatkan Arus Deras Teknologi Informasi
Sementara, pemimpin redaksi http://valora.co.id, Al Imran menyarankan, civitas akademika ISI Padangpanjang melalui kegiatan pengabdian masyarakat sebagai bagian dari Tridarma Perguruan Tinggi, memberikan pelatihan pemanfaatan teknologi informasi khusus bagi penggiat seni tradisi di nagari-nagari yang ada di Sumbar.
"Derasnya perkembangan teknologi informasi, tak dapat kita bendung lagi. Untuk itu, penggiat seni dan budaya mesti bisa berselancar di derasnya gempuran teknologi informasi itu sembari terus mengembangkan dan melestarikannya," terang dia.
Agar seni tradisi ini tetap eksis di ruang publik, dia menyarankan, akademisi terutama dari perguruan tinggi seni, berbagi ilmu tentang video editing, penulisan naskah, optimalisasi media sosial seperti facebook, instagram dan youtube sebagai medai promosi seni budaya dan hal lainnya. Tak kalah pentingnya, keterampilan memasarkannya selain keterampilan mempersiapan acara mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan.
Baca juga: Forum Batajau Seni Piaman Buka Bursa Tuan Rumah untuk Iven 2021, Ini Empat Prinsipnya
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- Nurnas Serahkan Alsintan untuk 37 Keltan dari 11 Nagari di Padangpariaman
- Hakim MK Nyatakan Gugatan Tri Suryadi-Taslim Lewat Tenggang Waktu
- JKA Sosialisasikan Empat Pilar ke Kader Ansor Sumbar
- Wasekjen Ansor: Ketum Jadi Menag, Ansor Jadi Sorotan
- Optimistis Raih Anugerah KIP, III Koto Awua Malintang Siapkan Branding Nagari