KPU Padang bersama Labor Sosiologi UNP dan JaDI Sumbar Gelar Seminar Nasional: NETGrid Tantang Mahasiswa UNP jadi Relawan KawalPemilu 2019, Ini Link Referralnya
VALORAnews - Direktur Eksekutif NETGrid, Sigit Pamungkas mengajak mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP), untuk jadi relawan "Kawal Pemilu, Jaga Suara" pada pemilu 2019 ini. Registrasinya melalui akun facebook dengan kode referralhttps://upload.kawalpemilu.org/c/lEyHfD9nZ7.
"Sudah ada 6 ribuan relawan yang mendaftar. Kurang dikit lagi dari 800 ribu tempat pemungutan suara (TPS) yang ada di seluruh Indonesia pada pemilu 2019 ini," terang Sigit saat seminar nasional yang digelar Labor Sosiologi UNP, Senin (8/4/2019). Pembicara lainnya pada seminar ini yakni komisioner KPU Padang, Riki Eka Putra.
Menurut Sigit, ide "Kawal Pemilu, Jaga Suara" ini muncul dari kegelisahan komisioner KPU RI periode 2012-2017. "Kami ini setelah pensiun, masih sering ketemuan. Ternyata, setiap kali ngopi bareng, ujung-ujung cerita tetap kembali ke soal kepemiluan," ungkap Sigit berkisah tentang lahirnya gerakan kerelawanan ini.
"Daripada hanya sekadar diobrolkan, akhirnya kami bersepakat untuk berhimpun dalam sebuah wadah yang diberinama Jaringan Demokrasi Indonesia (JaDI). NETGrid merupakan bagian dari JaDI yang fokus ke soal-soal kepemiluan. JaDi juga mengkaji persoalan sosial kemasyarakatan lainnya, karena mantan penyelenggara itu juga berasal dari beragam profesi sebelumnya," tambah Sigit yang juga dipercaya jadi Sekretaris Persidium Nasional JaDI.
Disebutkan Sigit, jumlah mantan penyelenggara mulai dari komisioner pusat hingga panitia adhoc, mencapai angka 7 juta orang setiap periodenya. Karenanya, lima orang komisioner KPU RI periode 2012-2017, Sigit Pamungkas, Juri Ardiantoro, Hadar Nafis Gumay, Ferry Rizki Kurniawansyah dan Ida Budhiati serta tiga orang mantan komisioner Bawaslu RI, Nasrullah, Nelson Simanjuntak dan Endang Wihdatiningtyas bersepakat membentuk JaDi yang kemudian diaktanotariskan no 03 pada Kantor Notaris dan PPAT Iksan SH pada 11 Desember 2018.
Setelah akta notaris selesai, terangnya, mulai merumuskan program kerja dan membentuk sejumlah lembaga pendukung. Namun, masalah klasik muncul, yakni tak memiliki dana memadai untuk menjalankan ide Kawal Pemilu, Jaga Suara ini.
"Kami kemudian teringat dengan sejumlah anak-anak muda Indonesia yang bekerja di luar negeri pada pemilu 2014 lalu, yang sukses merancang aplikasi Kawal Pemilu. Kami kemudian terbang ke Singapura untuk menemui mereka," ungkap Sigit dalam seminar yang dipandu akademisi UNP yang juga peneliti di Revolt Institute, Reno Fernandes.
"Alhamdulillah, mereka kembali bersedia untuk menyisihkan waktu disela-sela kesibukan kerja mereka, untuk merancang aplikasi Kawal Pemilu, Jaga Suara. Masalah baru muncul, dimana mau disimpan data hasil pemilu yang akan dikumpulkan ini nantinya. Akhirnya, google juga bersedia mensupport kita," terang Sigit.
Baca juga: Malam Resepsi HUT ke79; Irsyad Safar: Sumbar Butuh SDM yang Unggul dan Cerdas
"Lalu, muncul masalah lanjutan. Aplikasi ini jika dikelola sendiri, tentu juga membutuhkan biaya besar. Akhirnya, kembali terpecahkan dengan membuat aplikasi yang terintegrasi dengan facebook. Karena mayoritas orang Indonesia memiliki akun facebook dan gratis, kami berharap, semangat kerelawanan yang kami gagas ini mendapat sambutan luas dari masyarakat," tambah Sigit.
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- PKD 2024 Berakhir, Audy Joinaldy: Promosi Budaya Diperlukan, Komunitas Seniman Butuh Dukungan Finansial
- Irsyad Safar: Event PKD Bisa Pengaruhi Gerakan Pelestarian Kebudayaan
- Pemprov Sumbar Pastikan Telah Libatkan Sanggar Darak Badarak di Belasan Kegiatan, Luhur: Dilakukan Profesional
- Ketika Seniman Pemberontak Dirangkul Pemerintahan Mahyeldi-Audy
- Dinobatkan jadi Ketua Matra Sumbar, Audy Joinaldy Dianugerahi Gelar Kanjeng Pangeran Aryo Suryo Negoro