Ini Kronologi Tsunami Selat Sunda Berdasarkan Analisis BMKG

Rabu, 30 Januari 2019, 19:20 WIB | Kuliner | Nasional
Ini Kronologi Tsunami Selat Sunda Berdasarkan Analisis BMKG
Ini Kronologi Tsunami Selat Sunda Berdasarkan Analisis BMKG

VALORAnews - Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Rahmat Triyono mengungkapkan, pada Jumat (21/12/2018) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah mendeteksi adanya aktivitas erupsi gunung anak krakatau Lampung.

Saat dirilis data, tinggi kolom abu teramati kurang lebih 400 m di atas puncak dan 738 m di atas permukaan laut. Kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal condong ke arah utara. Pada saat itu, Gunung Anak krakatau berada pada status level II (waspada).

"Sebelumnya, BMKG telah memberikan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku 22 Desember 2018 pukul 07.00 WIB hingga 25 Desember 2018 pukul 07.00 WIB di wilayah perairan Selat Sunda dengan ketinggian 1.5-2.5 meter," ujar Rahmat dalam siaran pers yang diterima, terkait proses terjadinya tsunami Selat Sunda yang melanda pesisir pantai Banten dan Lampung pada Sabtu malam (22/12/2018) lalu.

Pada Sabtu (22/12/2018) pukul 20.56 WIB, ungkap Rahmat, terjadi erupsi Gunung Anak krakatau yang memicu longsor lereng Gunung Anak Krakatau seluas 64 Ha. Pada pukul 21.03 WIB tercatat di sensor seismograph BMKG di Cigeulis Pandeglang (CGJ) dan beberapa sensor di wilayah Banten serta Lampung.

Baca juga: Warga Mentawai dan Padang Mengungsi Pasca Gempa 7.3 SR, BMKG: Tsunami 50 Cm

Namun sistem prosesing otomatis gempa BMKG, tidak memproses secara otomatis karena signal getaran yang tercatat bukan merupakan signal gempabumi tektonik.

"Sistem peringatan dini tsunami yang dimiliki BMKG saat ini hanya untuk tsunami yang disebabkan gempa bumi tektonik, sedangkan tsunami yang melanda Selat Sunda adalah akibat aktivitas vulkanik sehingga saat ada aktivitas vulkanik di Gunung Anak Kraktau, sistem peringatan dini tsunami tidak mampu memproses secara otomatis adanya aktivitas vulkanik sehingga tidak memberikan warning tsunami," imbuh Rahmat.

BMKG pun, lanjutnya, tidak melakukan monitoring aktivitas gunung Krakatau dan gunung api lainnya,monitoring ini dilakukan oleh pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementrian ESDM.

Lalu, pada pukul 21.30 WIB, petugas Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG mendapat laporan kepanikan masyarakat di wilayah Banten dan Lampung, karena air laut pasang yang tidak normal. BMKG langsung melakukan checking marigram The Gauge Badan Informasi Geospasial (BIG).

Baca juga: Lindu Kembali Menggoyang Mentawai 6.4 SR, BMKG: Ada Warna Kuning di Peta, Potensi Terjadi Kerusakan

Dari hasil checking tersebut, terindikasi tercatat perubahan permukaan air laut di beberapa wilayah seperti di Pantai Jambu, Bulakan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang: tercatat pukul 21.27 WIB ketinggian air mencapai 0.9 m.

Halaman:

Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:

Bagikan: