Sumbar Alami Inflasi di Oktober
VALORAnews - Setelah mengalami deflasi selama 2 (dua) bulan berturut-turut (Agustus-September 2018), pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumatera Barat pada Oktober 2018 mengalami inflasi. Laju inflasi Sumatera Barat pada Oktober 2018 tercatat sebesar 0,81% (mtm) atau naik dibandingkan September 2018 yang mengalami deflasi sebesar 0,30% (mtm).
"Secara spasial, kedua kota sampling inflasi di Sumatera Barat yakni Kota Padang dan Kota Bukittinggi mengalami inflasi pada Oktober 2018 dengan besaran masing-masing yakni sebesar 0,80% (mtm) dan 0,92% (mtm)," ungkap Anggota Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Sumatera Barat, Bimo Epyanto, Jumat (2/11/2018).
Laju inflasi bulanan Sumatera Barat pada Oktober 2018, ungkapnya, terpantau lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional dengan besaran mencapai 0,28% (mtm). Secara tahunan, perkembangan harga Sumatera Barat mencatat inflasi sebesar 3,29% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 3,16% (yoy), namun masih dalam kisaran sasaran inflasi 3,5%+1%.
Sedangkan secara kalender tahun berjalan, laju inflasi Sumatera Barat kumulatif Januari-Oktober 2018 mencapai 2,13% (ytd) atau sedikit dibawah laju inflasi nasional sebesar 2,22% (ytd). Berdasarkan realisasi inflasi bulanan tersebut, Sumatera Barat terpantau sebagai provinsi dengan inflasi tertinggi ke-3 di Sumatera dan tertinggi ke-4 dari 28 provinsi yang mengalami inflasi secara nasional.
Baca juga: Majelis BPSK Padang Temui Wakil Ketua DPRD Sumbar, Ini yang Dibicarakan
Sulawesi Tengah (2,27%; mtm), Sumatera Utara (1,31%; mtm), dan Jambi (0,84%; mtm) merupakan provinsi dengan peringkat inflasi tertinggi pertama, kedua, dan ketiga di Indonesia. Sedangkan Bengkulu (-0,74%; mtm), Kalimantan Barat (-0,36%; mtm), dan Kalimantan Timur (-0,16%; mtm) terpantau sebagai provinsi yang mengalami deflasi terdalam secara nasional.
Meningkatnya harga kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar menjadi pendorong utama inflasi IHK umum pada Oktober 2018. Kenaikan harga cabai merah dan beras mendorong inflasi Sumatera Barat dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,43% (mtm) dan 0,14% (mtm).
Naiknya harga cabai merah disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari sentra produksi baik dari dalam dan luar Sumatera Barat akibat faktor cuaca. Sementara Sementara itu, peningkatan harga beras terjadi karena akibat cuaca kurang kondusif yang menghambat produksi dan proses penjemuran gabah.
"Lebih rinci, kenaikan harga beras terutama terjadi pada varietas Pandan Jambi/Jawa, IR 42 Solok, dan Cisokan Solok (Survei Pemantauan Harga KPw BI Sumatera Barat)," terangnya.
Baca juga: Ketua DPRD Sumbar Ingatkan Siswa SMAN 16 Padang Jauhi Tawuran, Narkoba dan Pergaulan Bebas
Sedangkan dari kelompok perumahan, air, listrik, gas, bahan bakar sumbangan inflasi terutama berasal dari kenaikan harga bensin dan bahan bakar rumah tangga dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,08% (mtm) dan 0,02% (mtm).
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- PKD 2024 Berakhir, Audy Joinaldy: Promosi Budaya Diperlukan, Komunitas Seniman Butuh Dukungan Finansial
- Irsyad Safar: Event PKD Bisa Pengaruhi Gerakan Pelestarian Kebudayaan
- Pemprov Sumbar Pastikan Telah Libatkan Sanggar Darak Badarak di Belasan Kegiatan, Luhur: Dilakukan Profesional
- Ketika Seniman Pemberontak Dirangkul Pemerintahan Mahyeldi-Audy
- Dinobatkan jadi Ketua Matra Sumbar, Audy Joinaldy Dianugerahi Gelar Kanjeng Pangeran Aryo Suryo Negoro