Santri Pesantren Nurul Yaqin Aswaja Dikenalkan Pentingnya Menulis
VALORAnews - Santri/santriwati sudah saatnya memiliki kemampuan menulis yang baik dalam menyampaikan ide dan gagasannya ke masyarakat. Apalagi santri dipersiapkan menjadi calon ulama, calon pendakwah atau calon mubaliq, sehingga kemampuan menulis semakin dibutuhkan di era informasi dan teknologi sekarang.
Demikian diungkapkan Bendahara Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Padangpariaman, Armaidi Tanjung, Sabtu (6/10/2018), di hadapan santri/santriwati Pondok Pesantren Nurul Yaqin Aswaja, Padang Nonang, Sungai Sarik, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padangpariaman.
Armaidi Tanjung tampil sebagai narasumber dihadapan santri/santriwati yang mengikuti Taqarrubun Nafsiyah (masa pengenalan diri). Juga tampil sebagai narasumber Pengurus Pesantren Nurul Yaqin Aswaja, M Taher Datuk Rajo Mudo terkait dengan penanaman nilai-nilai adat Minangkabau.
"Santri/santriwati yang sudah didik di pesantren, belajar kitab-kitab klasik, kitab kuning, yang berisikan ilmu pengetahuan agama dari ulama-ulama terdahulu. Ini bekal bagi santri untuk berdakwah melalui tulisan. Tulisan yang dihasilkan santri nantinya bisa menembus waktu dan ruang yang dibaca banyak orang," kata Armaidi Tanjung yang memiliki kompetensi wartawan utama ini.
Baca juga: Momentum Imlek 2574, Buku Tragedi Kanso, Trauma Etnisitas Cina di Pariaman 1945 Diluncurkan
Dikatakan Armaidi Tanjung, menulis juga merupakan bagian dari perintah agama. Karena ayat pertama yang diturunkan adalah perintah baca (Iqra'). Jadi dengan adanya perintah baca tersebut, berarti ada yang dibaca, yakni tulisan yang dihasilkan dari aktifitas menulis. Dengan demikian, orang yang menulis untuk kebaikan juga merupakan kegiatan ibadah.
"Para ulama terdahulu yang menulis ilmu agama melalui kitab-kitab, meski sudah wafat ratusan tahun lalu, tapi hingga kini masih bisa dipelajari ilmu dan ajaran dari ulama tersebut. Begitu kuatnya pengaruh menulis dalam melestarikan dan menjaga ilmu agama, maka santri sejak dini harus mulai menumbuhkan semangat menulis," kata Armaidi Tanjung.
Kepala Pesantren Nurul Yaqin Aswaja Padang Nonang Sungai Sarik, Aswir Tuanku Sidi Ibrahim Pamansiangan mengatakan, taqarabun nafsyiah berlangsung selama dua hari, Sabtu-Minggu (6-7/10/2018). Taqarabun nafsyiah ini merupakan yang pertama kali diadakan di pesantren Nurul Yaqin Aswaja.
Menurut Aswir, pesantren Nurul Yaqin Aswaja dirintis 2006 dan mulai menerima santri 2014. Saat ini terdapat 50 santri, 1 bangunan asrama dan lokal belajar, 1 sarana ibadah di atas tanah seluas 875 meter persegi.
Baca juga: NU Sumbar Minta PMII Padang Tingkatkan Pengkaderan
"Alhamdulillah, sudah tersedia tanah seluas 3.000 m2 untuk pengembangan lanjutan yang berjarak 300 meter dari lokasi sekarang," kata Aswir, alumni Ponpes Nurul Yaqin Ringan-Ringan, Pakandangan, Padangpariaman. (rls)
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- Terima Aspirasi Irigasi yang Rusak pada Kegiatan Reses, Benny Saswin Nasrun Langsung Tinjau Lokasi
- 40 Anggota DPRD Padang Pariaman Ikuti Orientasi Tugas, Gubernur Ingatkan Pentingnya Keselarasan RPJMD dengan RPJMN
- Gubernur Hadiri Wisuda Poltekpel Sumbar, Jadikan Tantangan Transportasi Kelautan sebagai Peluang Emas
- Komisi I DPRD Sumbar Tinjau Kesiapan KPU Padang Pariaman Gelar Pilkada Serentak 2024
- Penanganan Pascbencana Beruntun di Sumbar, Gubernur: Pembenahan Irigasi jadi Prioritas