Aplikasi Kawal Pemilu jadi Kontribusi Generasi Milenial di Pesta Demokrasi
VALORAnews - Peran generasi milenial dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia, telah dimulai sejak 2014 lalu. Saat itu, sejumlah anak muda Indonesia dari berbagai belahan dunia, berupaya menyajikan hasil pemilu presiden 2014 di dunia maya secara realtime. Mereka memunculkan aplikasi Kawal Pemilu, yang berbasiskan open source.
Demikian dikatakan Ketua Divisi Partisipasi Masyarakat (Parmas) dan SDM KPU Sumbar, Gebril Daulai pada seminar dan dialog kebangsaan yang digelar Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PKC PMII) Sumbar di aula LPMP UNP, Sabtu (25/8/2018).
"Generasi milenial, cenderung berisik di dunia maya (internet). Mereka sangat kritis dalam berbagai dialog di media sosial. Sayangnya, di dunia nyata mereka cenderung apatis karena kurang tidur setelah berdebat panjang di dunia maya, yang cenderung terjadi di malam hingga dini hari," terang Gebril.
Sebagiannya, terang dia, langsung berbuat nyata dengan keahlian yang dimiliki. Kebijakan KPU, menyajikan hasil pindai form penghitungan suara di tingkat TPS ke dalam website, kemudian disajikan dalam bantuk tabulasi angka-angka yang bisa menjawab keingintahuan masyarakat terhadap hasil pemilu oleh tim dari Kawal Pemilu.
Baca juga: Indikasi Penyelewengan Anggaran Penanganan Covid19 di Sumbar, Ini Pernyataan Sikap PKC PMII
Seminar bertemakan Peran Generasi Milenial dalam Politik dan Demokrasi Menghadapi Pemilu 2019 ini kerjasama PKC PMII dengan Polda Sumbar. Bersama Gebril hadir pembicara lainnya, Afriendi (Ketua KPID Sumbar), Iptu Budi Hendra (mewakili Dir Intelkam Polda Sumbar) dan Malse Yulivestra (Akademisi FISIP Unand). Moderator diskusi ini, Satria Efendi dari PB PMII.
Sementara, Iptu Budi Hendra mengungkapkan kerawanan pemilu 2019 mencakup sisi regulasi, penyelenggara dan pasangan calon. "Gesekan yang kita rasakan saat ini, tak bisa dilepaskan dari residu pilpres 2014 dan Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu," terangnya.
Selain itu, Iptu Budi Hendra mengingatkan generasi milenial, untuk bijak bermedia sosial (Medsos). Jangan asal bagikan saja, semua yang tersaji di media internet.
"Efek medsos, sangat berbahaya dampaknya jika kita ikut menyebarkan konten berisi kabar bohong (hoaks). Efeknya jauh lebih berbahaya jika kita berkelahi, walau terjadi antar kampung sekalipun," terangnya.
Baca juga: Bank dan Leasing harus Jalankan Instruksi Presiden, PMII Sumbar: Ini Solusi Terbaik
"Jangan sampai bangsa kita pecah hanya karena gontok-gontokan di antara tim sukses. Mari selesaikan semua persoalan sesuai jalur hukumnya. Kita punya Bawaslu, Tim Gakumdu dan pengadilan untuk menyelesaikan persoalan hukum selama pemilu," tambah dia.
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- Jalan Kecil dan Rusak Serta Blank Spot jadi Potensi Kerawanan Pemilihan Serentak 2024 di Sumbar
- Basarnas Gelar Simulasi Latgab Megathrust, Audy: Kesiapsiagaan Sumbar Makin Terasah
- Nanda Satria Ajak Orang Tua Sekolahkan Anak ke Pendidikan Vokasi Saat Reses di Ujung Pandan
- Bahas Distribusi Logistik Pemilihan Serentak 2024, KPU Sumbar Hadirkan TNI, Polri, Kejaksaan, BIN serta Kesbangpol dan BPBD
- Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Sekolah, Muhidi Minta Disdik Sumbar Carikan Program Khusus