Ini Analisis Pakar Geologi tentang 14 Kali Gempa Beruntun di Mentawai
VALORAnews -- Kawasan di sepanjang Kabupaten Kepulauan Mentawai, memiliki dua mekanisme penyebab gempa yakni sesar geser (strike-slip) dan Megathrust. Masing-masing punya akumulasi energi, karena ada dua pergerakan batuan di daerah ini.
Demikian dikatakan pakar geologi dari Unand, Prof Badrul Mustafa pada diskusi grup whatsapp, sekaitan dengan terjadinya 14 kali goyangan lindu di Kabupaten Mentawai sepanjang Kamis (26/7/2018) sore hingga Jumat (27/7/2018).
"Analisa mekanisme fokus (bagian dari ilmu seismologi) yang dilaporkan BMKG, bukan Megathrust. Jika dilihat kedalaman pusat gempa yang hanya 10 km, juga menunjukkan bukan di zona subduksi. Jika subduksi, kedalamannya di titik tersebut harusnya paling kurang 30 km," ungkap Prof Badrul menganalisis 14 kali gempa, yang semua kekuatannya kurang dari 5 skala richter (SR) itu.
Menurut Prof Badrul, untuk mengetahui lebih detail, apa yang terjadi di tempat ini (titik yang terjadi 14 kali gempa-red), diperlukan penelitian Seismik Marin. Sebab, bisa saja ada patahan geser yang bukan sejajar dengan Pulau Sumatera, tapi justru tegak lurus terhadap Pulau Sumatera.
Baca juga: Era Sukma Munaf Hadiri Silatgab Kesiapsiagaan Megatrush di Padang
"Kalau itu ada (patahan geser yang tegak lurus Pulau Sumatera-red) dan masuk ke Kota Padang, maka itu bisa berisiko," kata Prof Badrul menganalisis.
Dikatakan, Sesar Mentawai bermula dari kompleks Krakatau di selat Sunda. Ia kemudian terus ke sisi timur Pulau Enggano di Bengkulu, lalu terus ke sisi timur kepulauan Mentawai (Pagai Selatan, Pagai Utara, Sipora, Siberut).
Selanjutnya, ia terus ke kepulauan Nias. "Hanya di Pulau Nias, sesar ini masuk ke daratan," terangnya. "Keluar dari Pulau Nias, sesar ini bercabang dua. Yang satu terus ke Pulau Simeulue, satunya lagi bersambung dengan sesar Batee yang terus masuk ke Pulau Sumatra," tambahnya.
"Jadi, sesar Mentawai ini di Sumatera Barat, In Syaa Allah tidak berbahaya, karena tidak melewati daratan. Sesar mendatar berbahaya, jika ada di daratan atau pulau, seperti sesar Semangko," tuturnya.
Baca juga: Plt Gubernur Gubernur Sumbar Sampaikan Terima Kasih Masyarakat pada Kepala Basarnas, Ini Alasannya
Mengenai aktivitas sesar Mentawai ini, ungkap Prof Badrul, Dr Hery Haryono dari Geoteknologi LIPI, pada tahun 1990 sudah menulis berdasarkan data yang didapat dari joint research Indonesia-Perancis. Dia menyimpulkan, aktivitas kegempaannya tidak terlalu banyak.
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- PKD 2024 Berakhir, Audy Joinaldy: Promosi Budaya Diperlukan, Komunitas Seniman Butuh Dukungan Finansial
- Irsyad Safar: Event PKD Bisa Pengaruhi Gerakan Pelestarian Kebudayaan
- Pemprov Sumbar Pastikan Telah Libatkan Sanggar Darak Badarak di Belasan Kegiatan, Luhur: Dilakukan Profesional
- Ketika Seniman Pemberontak Dirangkul Pemerintahan Mahyeldi-Audy
- Dinobatkan jadi Ketua Matra Sumbar, Audy Joinaldy Dianugerahi Gelar Kanjeng Pangeran Aryo Suryo Negoro