Alek Bakajang Meriah, Irfendi: Tradisi Silaturahmi Ala 4 Suku di Pangkalan Koto Baru

Senin, 25 Juni 2018, 15:25 WIB | Wisata | Kab. Lima Puluh Kota
Alek Bakajang Meriah, Irfendi: Tradisi Silaturahmi Ala 4 Suku di Pangkalan Koto Baru
Bupati Limapuluh Kota, Irfendi Arbi menaiki sampan hias pada perayaan puncak tradisi adat dan budaya warga Pangkalan Koto Baru, setiap menyambut lebaran Idul Fitri, Bakajang di aliran Batang Mahek, kemarin. (humas)
VISI MISI CALON GUBERNUR SUMBAR PILKADA SERENTAK 2024

VALORAnews - Setiap tahun, masyarakat Pangkalan Koto Baru, pada lebaran Idul Fitri selalu menggelar tradisi unik menyambut hari nan suci. Tradisi Adat dan budaya rakyat itu adalah Bakajang, tradisi rutin yang mempunyai nilai budaya yang tinggi.

Menurut masyarakat sekitar, Bakajang atau Kajang ini merupakan sampan/perahu. konon kabarnya, dulu kajang sebagai alat transportasi nenek moyang warga setempat yang ada di pinggiran Batang Maek. Ada juga masyarakat sekitar yang menyebutkan bahwa kajang merupakan sebuah pembaharuan, dimana diartikan sebagai kegiatan memperbaharui silaturrahmi antara mamak dengan kemenakan serta anak nagari, yang digelar setiap awal bulan Syawal atau setelah Hari Raya Idul Fitri.

Uniknya, kegiatan ini dilaksaanakan selama lima hari berturut-turut. Hari pertama pembukaan, dimulai dengan tradisi Manjalang Mamak, yang diikuti seluruh pemuda beserta anak nagari ke empat istano penghulu di limbago adat nagari Gunuang Malintang, Kecamatan Pangkalan Koto Baru.

Mereka antara lain, Dt Paduko Rajo, Dt Sati, Dt Bandaro serta Dt Gindo Simarajo. Adapun terakhir, yang dikunjungi ialah kepala pemerintahan nagari dan alim-ulama. Dalam prosesinya, para pemuda anak nagari bersama bundo kanduang, membawa wejangan makanan yang dibawa menggunakan dulang, biasanya wejengan ini diberi nama Jamba.

Baca juga: Gubernur Sumbar Minta Wali Nagari Gunung Malintang Buat Laporan Detail Alek Bakajang, Ini Sebabnya

Di aliran Batang Maek, sebanyak lima buah perahu sudah disulap para pemuda di empat Jorong menjadi kapal berukuran besar. Kapal-kapal tersebut dirancang berbagai bentuk, menyerupai kapal veri.

Bahkan ceritanya, guna merangkai kapal-kapal itu, para pemuda menyebut, untuk satu pembuatan kapal veri menghabiskan biaya hingga mencapai Rp20-27 juta per unitnya.

"Dengan menggunakan perahu/sampan hias, kami meningkatkan silahturahmi antara anak kemanakan 4 suku di Batang Mahat. Beginilah cara masyarakat kami bersilahturahmi antar sesama," ujar Riswana salah seorang panitia alek Bakajang, di Gunuang Malintang, kemarin.

Dicerikatakan, dulunya aliran Batang Maek merupakan salah satu akses alternatif yang digunakan masyarakat, mengingat pada waktu itu belum ada akses jalan sebagai jalur penghubung antara satu daerah ke daerah lain.

Baca juga: Gagas Si Mantap, Irfendi Arbi jadi Terbaik 1 Pembina Dana Desa

"Sejarahnya, Kajang berarti jalang manjalang untuk silahturahmi yang dilaksanakan setelah hari idul fitri dengan tujuan meningkatkan silaturahmi di antara anak kemenakan 4 suku yang dilaksanakan melalui acara alek bakajang di Sungai Batang Maek," tambahnya.

Halaman:

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan:
IKLAN NOMOR URUT CALON WALI KOTA DAN WAKIL WALI KOTA PADANG 2024