Diskusi Terarah KSP dengan Akademisi Unand: Seorang dari 3 Bayi Baru Lahir di Indonesia Berstatus Kurang Gizi
VALORnews - Setelah menggelar diskusi nasional 'Road Show Capaian Tiga Tahun Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla' yang dihadiri 600 mahasiswa di Convention Hall, Selasa (20/2/2018), Kantor Staf Presiden (KSP) melanjutkan agenda di Universitas Andalas dengan dua sesi Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion/FGD).
Dua tema diangkat dalam dua sesi FGD, yakni di sesi pertama terkait Pembangunan Desa (padat karya tunai) Program Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial. Adapun sesi kedua membahas Pangan, Gizi dan Bantuan Sosial (Pengentasan Kemiskinan).
"Tujuan FGD ini adalah mendapatkan masukan dari dunia akademisi dan dunia riset tentang dua topik ini. Asumsinya adalah masukan dari bapak dan ibu sekalian ini berasal dari riset akademis, baik sebagai research question utama maupun hasil pengembangan research question lainnya," kata Deputi II KSP, Yanuar Nugroho dalam pengantar diskusi.
Deputi yang membidangi Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Sosial, Ekologi dan Budaya ini melanjutkan, ada empat hal tentang Pembangunan Desa yang menjadi pillar tata kelola, yakni tata cara alokasi, bagaimana desa diberi pendampingan, prioritas pembangunan dan terakhir pelaporan.
Baca juga: Ketua PMI Sumbar Ikuti Agenda Olahraga Rutin ASN Agam, Ini Harapannya
"Keempat ini yang menentukan akuntabilitas pemanfaatan dana desa," katanya.
Topik kedua antara lain membahas masalah bersama yakni setiap tiga bayi yang lahir, satu di antaranya lahir dalam keadaan stunted. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis pada anak yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama, akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi sejak dalam kandungan. Di antaranya terlihat dengan tinggi badan tak normal dan otak bayi/anak yang kurang baik.
Yanuar menegaskan, saat ini pemerintah bekerja keras menurunkan angka stunting. "Di awal masa pemerintahan Presiden Jokowi pada 2014, angka stunting di Indonesia mencapai 33-35 persen. Artinya, lebih dari 1 dari 3 anak mengalami kondisi stunting. Dengan kerja keras, kini turun jadi 27 persen," katanya.
Capaian ini tetap harus diupayakan agar kembali turun, karena standar angka stunting di sebuah negara sebaiknya tak melewati 20 persen.
Para akademisi Universitas Andalas yang hadir dalam FGD ini antara lain Prof Dr Afrizal MA, Prof Dr Erwin MSi, Dr Alfan Miko MSi, Dr Asrinaldi MSi, Dr Kurniawan, Drs Syaiful, Ir Fadli Rustam, Drs Edi Indrizal.
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- DPR RI: Iven Pariwisata jadi Pemicu Pertumbuhan Ekonomi Sumbar di Lajur Positif Semester I 2023
- Digugat ke PN Jakarta Selatan, BANI Yakin Putusan Majelis Arbiter Kuat
- Kembangkan Potensi Wisata Pulau Bangka, Ini Saran Selebriti Rafi Ahmad
- Ini Nama dan Lokasi 32 Bandara Internasional di Indonesia, Sebagian akan Dipangkas Menteri BUMN
- Masuk Monas Mesti Pakai JakCard, Ini Harga dan Tarif Masuk Januari 2023
Mahmud Marhaba Lantik Pengurus Provinsi dan Daerah PJS se-Gorontalo
Nasional - 12 November 2024
Fadli Zon Raih 2 Rekor MURI, Ini Alasan Jaya Suprana
Nasional - 03 November 2024