Sekam Layak Dilirik jadi Industri EBT

Minggu, 04 Februari 2018, 20:09 WIB | Wisata | Provinsi Sumatera Barat
Sekam Layak Dilirik jadi Industri EBT
Pemenang dana hibah studi kelayakan proyek Joint Crediting Mechanism (JCM) skala besar tahun anggaran 2016 dari pihak Indonesia, Fitra Jaya Piliang pada Dialog Kedjajaan Bangsa dengan tema Sumbar dan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Sikola Cafe, Jl KIS Man
VISI MISI CALON GUBERNUR SUMBAR PILKADA SERENTAK 2024

VALORAnews - Kandungan kalori sekam padi mencapai angka 3.300 per kilogramnya. Angka ini setengah dari kandungan kalori rata-rata batubara, 6.000 kal. Sayangnya, sekam di Indonesia, masih jadi "hotel, restoran dan rumah sakit bersalin" bagi tikus bahkan ular serta binatang melata lainnya.

Demikian dikatakan pemenang dana hibah studi kelayakan proyek Joint Crediting Mechanism (JCM) skala besar tahun anggaran 2016 dari pihak Indonesia, Fitra Jaya Piliang pada Dialog Kedjajaan Bangsa dengan tema Sumbar dan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Sikola Cafe, Jl KIS Mangunsarkoro Padang, Sabtu (3/2/2018) sore.

"Negara Thailand pada 2006 lalu, telah memiliki 17 unit Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Sekam dengan menghasilkan energi listrik sebesar 157 megawatt. Sedangkan di Indonesia, walau tercatat sebagai produsen beras, ternyata sekamnya masih tak dimanfaatkan sebagai sumber energi baru terbarukan. Baru 0,0 megawatt dihasilkan energi dari sekam ini," terang Fitra.

Bersama Fitra, tampil sebagai pembicara di sesi I dialog tersebut, Ketua Harian DPP IKA Unand, Surya Tri Harto dan Prof Reni Mayerni (guru besar Fakultas Pertanian Unand). Dialog sesi pertama ini dimoderatori Tedy Yantaria Riza, alumni Fakultas Teknik Unand. Pada sesi kedua, tampil sebagai pembicara anggota DPD RI asal Sumbar, Emma Yohanna dan HM Nurnas (ketua Komisi IV DPRD Sumbar) dengan moderator Sukri Umar (alumni Fakultas Peternakan).

Baca juga: RDP Komisi VI dengan PLN, Nevi Zuairina Sebut Kompor Listrik Berbiaya Tinggi

Menurut Fitra, PLT Sekam merupakan teknologi EBT yang paling menjanjikan untuk teralisasinya desentralisasi kelistrikan guna mendorong tumbuh dan berkembangnya Agro Ecoindustrial Park di sentra-sentra produksi beras. "Hal ini tentu saja akan memperkuat industri perberasan dalam rangka penguatan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," terang Fitra.

Secara ekonomis, terang Fitra, desentralisasi kelistrikan ini akan memicu penggunaan sumber energi lokal yang lebih ekonomis karena sumber energi lokal tidak membutuhkan biaya distribusi (transportasi). Selain itu, juga menjamin ketersediaan energi dan menopang pembangunan ekonomi berkelanjutan di suatu daerah.

"Desentralisasi kelistrikan ini juga mendorong tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan industri baru yang terintegrasi sekaligus ramah lingkungan, kesesuaian supply dan demand, meminimalkan hilang daya karena panjangnya kabel serta lainnya," terang Fitra seputar keuntungan dibangunnya PLT Sekam di sentra penghasil beras di Indonesia.

Dengan memanfaatkan sekam padi untuk EBT, terang dia, akan membuat makin banyak yang bernilai dari penanaman padi (paddy value chain). Selain itu, juga mengusung konsep energy conservation based rice/paddy value chain.

Baca juga: Ini Tips Menghadapi Debt Collector Kasar dan Adukan ke 4 Lembaga Ini Jika Mengalami

"PLT Sekam ini berpotensi menginisiasi pembentukan kawasan industri berwawasan lingkungan. Kementerian ESDM seolah-olah tidak pernah belajar atau berupaya untuk memaksimalkan potensi sumber energi yang secara langsung berkaitan dengan upaya penguatan peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat," tambahnya.

Halaman:
TANGGAPAN MASYARAKAT TENTANG CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PILKADA SERENTAK 2024

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan: