Festival SRG 2017, Nofrin: Tawarkan Gaya Hidup ala Orang Saisuak

Minggu, 22 Oktober 2017, 19:20 WIB | Wisata | Kab. Solok Selatan
Festival SRG 2017, Nofrin: Tawarkan Gaya Hidup ala Orang Saisuak
Aktivitas seni tradisi yang dihidupkan kembali oleh Pemkab Solok Selatan. (humas)
VISI MISI CALON GUBERNUR SUMBAR PILKADA SERENTAK 2024

VALORAnews - Kawasan Saribu Rumah Gadang (SRG) sebagai sebuah destinasi wisata, sudah jadi ikon utama pariwisata Solok Selatan. Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah daerah bersama masyarakat, untuk mewujudkan kemajuan pariwisata di daerah tersebut. Bukan hanya di SRG, tetapi juga obyek obyek wisata lain yang terus bermunculan.

Hal ini senada dengan yang disampaikan Kepala BKPM bersama Menteri Pariwisata, saat pembukaan Regional Investment Forum (RIF) minggu lalu di Padang, bahwa kata Presiden melihat Sumatera Barat hanya satu, yakni pariwisata.

Untuk tujuan pariwisata itulah, Bupati Solok Selatan, H Muzni Zakaria, mengagendakan Festival SRG persis sebelum hari Tour de Singkarak (TdS) masuk ke Solok Selatan, Rabu (23/11/17), sehingga momentumnya akan saling mendukung satu sama lainnya.

"Masyarakat kembali melakukan tradisi adatnya, kesenian masyarakat yang disebut pamenan anak mudo seperti Randai, Silat, Barabab dan lainnya yang terkenal sangat kuat dulunya. Selalu bekerjasama dan bergotong-royong dalam mewujudkan sebuah peristiwa adat," terang Muzni Zakaria.

Baca juga: Solsel Inventarisir Persoalan Pengerjaan Revitalisasi Kawasan SRG

Festival tahun ini baru merupakan tahap pertama dari rangkaian festival serial untuk tahun-tahun berikutnya. Kali ini diarahkan langsung oleh Hartati, seorang Seniman/koreografer.

"Kita beruntung memiliki seniman/koreografer asal Solok Selatan, Hartati, yang ikut terjun langsung pulang kampung bolak-balik untuk membangun dan mengembangkan konsep festival ini," puji Muzni.

Hartati, Seniman/Koreografer yang ditunjuk untuk mendampingi Festifal SRG tersebut menjelaskan, tradisi adat masyarakatnya yang terkenal sangat kuat dulunya, yang paling mendasar adalah selalu bekerja sama dan bergotong-royong dalam mewujudkan sebuah peristiwa adat. Semua peristiwa adat/tradisi terjadi atas partisipasi masyarakat. Bukan instruksi dari atas.

"Prinsip 'duduak samo randah, tagak samo tinggi, dan pemimpin ditinggikan sarantiang,' itu menjadi acuan untuk festival ini," terangnya.

Baca juga: Bupati Solsel Ingatkan Pentingnya Wujudkan Jalan Tembus ke Dharmasraya

Festival ini tidak melakukan hal yang luar biasa atau di luar kebiasaan masa lalu. Justru festival ini mencoba mengingatkan kembali apa yang sebetulnya yang dilakukan di masa lalu. "Untuk itulah, kita pilih temanya "Manjapuik Nan Tatingga, Mangumpua Kan Nan Taserak, Mangambang Pusako Lamo" (menjemput yang ketinggalan/tercecer, mengumpulkan yang tersebar tak terkoordinir, menampilkan pusaka lama).

Halaman:
TANGGAPAN MASYARAKAT TENTANG CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PILKADA SERENTAK 2024

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan: