Berkunjung ke LAHG Sebangau Kalimantan Tengah: Tiga Bidadari Hutan Gambut Berjuang Selamatkan Primata Langka

Kamis, 31 Maret 2016, 11:56 WIB | Wisata | Nasional
Berkunjung ke LAHG Sebangau Kalimantan Tengah: Tiga Bidadari Hutan Gambut Berjuang...
Project Officer Field Trip Palangkaraya dari Lembaga Pers Dr Soetomo, Warief Djajanto didampingi Krisyoyo, menerangkan maksud dan tujuan kedatangan rombongan peserta field trip LPDS tentang perubahan ilklim, pada tiga peneliti asing di Laboratorium Alam H
VISI MISI CALON GUBERNUR SUMBAR PILKADA SERENTAK 2024

VALORAnews - Perempuan bule berambut merah itu tampak kesal. Tiap sebentar dia melirik jam di tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 09.30 WIT. Menghilangkan gelisah, dia melongok keluar jendela camp. Sejenak dia bangkit dari duduknya dan berdiri di depan pintu, sembari tangannya menampung air hujan.

Hujan yang turun sejak pagi, tampak membuat jadwalnya hari itu terganggu. Karena, disaat jam seperti sekarang ini, dia biasanya sudah mengumpulkan banyak data untuk penelitiannya. Namanya Charolyn Thompson. Dia seorang peneliti di Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) Sebangau, Kalimantan Tengah. Objek penelitiannya adalah Gibbons (hylobates albibarbis sp) atau bagi masyarakat setempat disebut owa-owa.

Awalnya dia sedikit keberatan ketika rombongan wartawan peserta lokakarya LPDS ingin berbincang-bincang. "Saya harus kerja," jawabnya pendek.

Lokakarya tentang perubahan iklim ini, diselenggarakan oleh Lembaga Pers Dr Soetomo bekerjasama dengan Kedutaan Besar Kerajaan Norwegia pada 20-24 Februari 2016. Pesertanya, utusan dari 10 media terpilih dari seluruh Indonesia. Salah seorangnya, Veby Rikiyanto dari valora.co.id.

Baca juga: Bule Asal Italia Antonino Salerno Rilis Lagu Minang

Setelah dijelaskan maksud kedatangan oleh ketua rombongan, akhirnya dia dan dua temannya mau juga menerima kami. Atau entah karena hujan belum juga reda, yang menghambat langkah mereka.

Melihat penampilan keseharian wanita modern ini, siapapun akan sangsi. Apakah benar dia seorang peneliti. Selain berwajah cantik, kulit putih dan hidung mancung khas Eropa, dandanannya pun lebih mirip anak gaul. Rambut di cat separuh merah, kuku dihias warna-warni dengan lengan bertato.

Saat diajak berdialog --dengan bahasa Inggris tentunya--, Charolyn malah menjawab dengan bahasa Indonesia cukup fasih. Selain bahasa Indonesianya lancar, Charolyn ternyata juga pribadi yang enak diajak diskusi.

"Saya dari Inggris. Saya di sini, sudah dua tahun meneliti Gibbon. Kamu tahu Gibbon," celotehnya ramah.

Baca juga: Pilgub Sumbar 2020, Ini Pesan Urang Awak di Melbourne Australia

Pengalaman beraktivitas di sebuah NGO yang juga concern dengan primata, membuat pembicaraan kami tentang monyet jadi makin dalam. Kas --begitu Charolyn Thompson karib disapa penduduk sekitar lokasi penelitiannya— menyebut, dia bekerja untuk Ou Trop, sebuah lembaga di Inggris yang membantu pelestarian orang utan di Kalimantan.

Halaman:

Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:

Bagikan:
IKLAN NOMOR URUT CALON WALI KOTA DAN WAKIL WALI KOTA PADANG 2024