Dedy: Ciptakan Juara Lokal UMKM untuk Mewujudkan 100 Ribu Enterpreneur
PADANG (31/3/2022) - Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) membutuhkan modal 2M untuk bisa naik level ke jenjang yang lebih tinggi. Yaitu Mulut dan Mental. Bukan berupa modal uang sebesar dua miliar rupiah.
"Miskin mental (mental block) yang menyebabkan mulut (marketingskill) pelaku UMKM kita sulit bertumbuh. Soal produk yang dihasilkan urang awak, tak kalah bersaing dengan yang lainnya," ungkap motivator dan trainer bisnis Indonesia, Dedy Vitra Johor di Padang, Kamis.
Dedy sepanjang 2022 ini, dipercaya Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumatera Barat untuk jadi salah seorang pemateri pada kegiatan penumbuhan 100 ribu enterpreneur dan women enterpreneur baru yang merupakan program unggulan gubernur Sumatera Barat.
Program unggulan ini, telah tertuang dalam Peraturan Daerah Sumatera Barat No 6 Tahun 2021 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2021-2026. Dimana, salah satu misinya adalah Meningkatkan Usaha Perdagangan dan Industri Kecil Menengah serta Ekonomi Berbasis Digital.
Founder Andalas Solusi Bisnis (ASB) Indonesia ini, akan berkeliling 18 kabupaten/kota di Sumbar untuk memberikan perspektif baru terhadap cara pandang (mindset) yang dibutuhkan pelaku UMKM, agar bisa berdaya saing global. Seharian penuh, dia diberikan kesempatan mengubah cara pandang pebisnis UMKM dalam melihat peluang dan tantangan, dalam mengembangkan usaha yang digeluti.
"Dari dua kali coaching bisnis yang telah saya lakukan di Payakumbuh dan Limapuluh Kota, mental block peserta pelatihan sangat kental terasa. Banyak faktor yang menyebabkan ini. Karena itu, pemerintah mesti serius dan fokus untuk mengatasi mental block para pelaku UMKM kita ini," tegas penerima program swisscontact di 2013 lalu itu.
Creator aplikasi Zahir Accounting ini kemudian mencontohkan dengan cara pandang masyarakat secara umum terhadap Bukittinggi sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Sumatera Barat. Mayoritas berfokus pada keindahan destinasi wisata, lezatnya kuliner dan aneka persoalan yang melekat dengan kota seluas 25 Km persegi itu.
"Sebagai pebisnis, cara pandang kita semestinya adalah tentang potensi pendapatan, bukan yang lainnya. Karena, wisatawan yang datang itu, pada prinsipnya adalah orang-orang yang siap untuk menghabiskan uangnya di Bukittinggi. Pertanyaan pentingnya, apa yang mesti kita lakukan, agar uang dikantong wisatawan itu pindah ke kantong kita," terangnya.
"Bagi wisatawan, minimnya parkir di Bukittinggi adalah masalah. Bagi warga Bukittinggi yang bermental pengusaha, jika memiliki halaman yang lapang, dia akan menyewakan lahan itu sebagai tempat parkir. Karena, ini adalah potensi pendapatan. Jadi, masalah bagi orang, merupakan peluang usaha bagi yang mampu melihatnya," terang Dedy memberikan ilustrasi.
Disebutkan Dedy, setiap pelatihan yang akan diisinya, akan diikuti oleh 50 orang pelaku UMKM. Pengalamannya membimbing 2.300 unit bisnis di Indonesia sejak 2009 lalu, menyimpulkan bahwa mengejar kuantitas bukanlah pilihan yang bijak. Karena, membangun bisnis itu lebih banyak cerita gagalnya lebih dulu, ketimbang kisah suksesnya.
"Dari 50 pelaku UMKM yang dilatih itu, tak mungkin semuanya akan langsung sukses. Karena itu, cara pandang pemerintah dalam menciptakan pelaku usaha baru ini mesti ikut diubah. Sebaiknya, pemerintah berfokus dalam menciptakan pelaku usaha yang sukses dalam skala lokal (local champion)," terangnya.
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- Majelis BPSK Padang Temui Wakil Ketua DPRD Sumbar, Ini yang Dibicarakan
- Debat Pamungkas Pilgub Sumbar Diwarnai Saling Sindir dan Isak Tangis
- Pemprov Sumbar Bangun Sinergisitas Pemungutan Opsen Pajak Daerah
- 202 Personel Protokol Ikuti Bimtek, Ini Arahan Andri Yulika
- Pemprov Sumbar akan Bangun Kantor MUI 5 Lantai, Telan Dana Rp24 Miliar