Lelaki Rambut Bawang Dibedah di Rimba Bulan, Ini Pendapat 3 Pemantik Diskusi

Minggu, 16 Januari 2022, 13:14 WIB | Kabar Daerah | Kota Padang Panjang
Lelaki Rambut Bawang Dibedah di Rimba Bulan, Ini Pendapat 3 Pemantik Diskusi
Penulis Buku Kumcer Lelaki Berambut Bawang, Deni Meilizon (kanan) menyerahkan karyanya pada pengelola Ruang Baca Rimba Bulan, Silaing Bawah, Kecamatan Padang Panjang Barat, usai kegiatan bedah buku, Sabtu. (kominfo)

"Ini hanya sebagai dugaan saya, buku ini disatukan saja dan tidak ada kepentingan lainnya. Buku ini menghimpun sebanyak 14 cerpen dengan tahun yang berbeda-beda. Namun, ada juga yang dituliskan dengan tahun yang sama. Sejatinya itu semua tidak jadi masalah. Hanya saja pencatatan perlu diurutkan ke publik," ungkap Ubai.

Ubai menambahkan, cerpen pembuka pada buku ini, 'Ami Ingin Pulang ke Masa Lalu' dan ditutup dengan 'Lelaki Rambut Bawang' yang kemudian dipilih penulis jadi judul buku.

"Cerpen-cerpen ini rasanya menggiring pembaca ke dalam diri penulis. Ke dalam ruang berpikir kreatif lingkungan dan memilih untuk mendekatkan ke dalam ruang-ruang realitas atau empiris," nilai dia.

Baca juga: Dua Santriwati Diniyyah Puteri Juara Lomba Cerpen

"Sejatinya, si pengarang harus bisa menjauhkan diri dari hal yang seperti ini. Pengarang harus bisa menjauhkan teks atau keegoisannya. Karena, cerpen itu sifatnya bukan untuk dia sendiri, melainkan untuk bahan publik," tambah Ubai.

Sementara itu, Januar Efendi melihat buku ini, merupakan sebuah kritik sosial terhadap lingkungan. Karena pada bagian cerpen pertama yang berjudul 'Ami Ingin Pulang ke Masa Lalu,' penulis mencoba untuk memaparkan yang akan terjadi, ketika melakukan hal di luar kodrat sebagai manusia.

"Di sini saya melihat hubungan penulis dengan Tuhannya. Di mana penulis ini tampak sangat memahami hakikat kemanusiaan antara dia bersama dengan Tuhannya yang dipaparkan realita kejadian ke dalam cerpen 'Ami Ingin Pulang ke Masa Lalu'," pungkas Januar.

Januar juga sependapat dengan Ubai Dillah terkait pendekatan dengan metode hubungan manusia dengan waktu. Januar menilai buku ini, merupakan kumpulan cerita yang ditayangkan di media cetak, lalu dikumpulkan daripada dibuang sayang.

"Saya tidak menemukan fungsi sastra dalam cerita ini, jika runtutan ceritanya itu tidak sesuai dengan tahun, tanggal ataupun tempat waktu sastra itu dilahirkan. Penulis juga tidak memaparkan secara vulgar tentang ketokohan utama dalam cerita ini," ungkapnya.

Jadi Pembelajaran

Menanggapi hal itu, Denni Meilizon mengucapkan terima kasih kepada para pemantik yang telah bersedia memberikan kritikan dan masukan terhadap karya sastra yang telah dibuatnya.

Halaman:

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan: