Patriot Militan di Tengah Pandemi
Ada contoh nyata. Dua hari lalu (4/6/2020), seseorang lolos dari rapid test di bandara Soekarno Hatta menuju Padang. Di bandara internasional Minangkabau, dilakukan test dan hasilnya positif. Sebelumnya lagi, kami memeriksa 20 anggota Polri yang sudah rapid test dan negatif, hasilnya dua di antaranya ternyata positif. "Berhati-hatilah dengan rapid test," tandasnya.
Yang perlu kita lakukan saat ini adalah meningkatkan kapasitas laboratorium. Sebab, hanya dengan cara itu kita bisa memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Ingat, perang menghentikan Covid-19 itu adanya di lapangan, bukan di rumah sakit.
"Perang sesungguhnya itu ya di pasar-pasar, di stasiun-stasiun, di terminal-terminal, di kantor-kantor, bahkan di rumah-rumah penduduk. Bukan di rumah sakit. Rumah sakit itu benteng terakhir untuk mencegah dan mengurangi angka kematian," papar Andani.
Karenanya, Andani prihatin ketika koleganya sesama dokter di Jakarta bercerita, bahwa ketika ada pasien masuk, yang dirawat hanya pasien, sementara keluarganya tidak diperiksa. "Ini terjadi karena memang kapasitas labotarotium di Jakarta juga terbatas," ujarnya.
Sedangkan kepada teman-teman di Dinas Kesehatan di mana pun berada, termasuk di Kementerian Kesehatan, Andani berharap bisa bekerjasama, menghentikan ego sektoral. Harus dibangun komitmen bersama. "Sederhananya, jangan ada yang merasa paling hebat, tapi pekerjaannya sedikit. Jangan diperbanyak publikasi di media massa, tetapi faktanya hasil kerjanya tidak seberapa," ucap Andani kritis.
Apa yang ia kerjakan di Sumatera Barat, setidaknya sudah menunjukkan indikator positif. Dengan kapasitas lab yang ada, ia mampu menorehkan angka perbandingan 0,43 persen dari jumlah penduduk Sumbar yang dilakukan tes PCR. Bandingkan dengan angka nasional yang masih 0,08 persen.
"Kami telah memeriksa 24.000 penduduk dari 5 juta penduduk, sekitar 0,43 persen. Sementara di Korea Selatan, 1,3 persen. Setidaknya di Indonesia, Sumbar adalah yang tertinggi. Harusnya semua provinsi berlomba-lomba memperbanyak jumlah pendduk yang dites," katanya.
Mengingat belum ditemukannya vaksin, dan belum adanya kepastian kapan Covid-19 akan hilang, maka Andani pun belum akan berhenti. Ia masih akan memacu diri dan timnya untuk bekerja ekstra keras memeprbanyak kapasitas.
Bahkan, jika labnya diberi perlengkapan tambahan, ia optimis mampu menyelesaikan pemeriksaan hingga 4.000 sampel par hari. "Toh lab ini tidak akan hilang, meski misalnya, corona sudah hilang. Lab ini akan selalu ada dan bermanfaat ke depan," imbunya.
Tiga Kunci Sukses
Berbicara kunci suksesnya mengembangkan laboratorium Covid-19 di Sumbar, Andani menyebut adanya tiga kunci. Pertama, berkat dukungan Gubernur Sumatera Barat, serta dukungan berbagai pihak. Ini terkait dengan posisinya di Unand dan pengalamannya sebagai direksu RS Unand.
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- DPR RI: Iven Pariwisata jadi Pemicu Pertumbuhan Ekonomi Sumbar di Lajur Positif Semester I 2023
- Digugat ke PN Jakarta Selatan, BANI Yakin Putusan Majelis Arbiter Kuat
- Kembangkan Potensi Wisata Pulau Bangka, Ini Saran Selebriti Rafi Ahmad
- Ini Nama dan Lokasi 32 Bandara Internasional di Indonesia, Sebagian akan Dipangkas Menteri BUMN
- Masuk Monas Mesti Pakai JakCard, Ini Harga dan Tarif Masuk Januari 2023
Mahmud Marhaba Lantik Pengurus Provinsi dan Daerah PJS se-Gorontalo
Nasional - 12 November 2024
Fadli Zon Raih 2 Rekor MURI, Ini Alasan Jaya Suprana
Nasional - 03 November 2024