Ini Rekomendasi BI Sumbar untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih jadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat dengan pertumbuhan 4,98% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I/2019 didorong oleh naiknya konsumsi selama masa Ramadhan dan Idul Fitri dan meningkatnya daya beli masyarakat dari penyaluran THR dan Bansos serta banyaknya realisasi anggaran belanja modal pemerintah.
Laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat tertahan oleh ekspor yang masih terkontraksi cukup dalam karena masuknya masa trek kelapa sawit disertai penurunan permintaan karena dampak perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok.
Sementara impor mengalami peningkatan yang sangat signifikan karena tingginya impor migas untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadan dan Idul Fitri.
Baca juga: Pjs Wako Bukittinggi Minta TPID Pantau Harga Sembako Tetap Terjangkau
Dari sisi lapangan usaha, peningkatan terjadi pada lapangan usaha (LU) perdagangan dan LU transportasi yang jadi pendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2019. "Aktivitas pulang basamo yang biasa dilakukan masyarakat Minangkabau mendorong pertumbuhan dimaksud," terangnya.
Di sisi lain, fenomena puso yang terjadi di beberapa daerah produsen padi, sehingga terjadi gagal panen mengakibatkan melambatnya pertumbuhan pertanian. Kontraksi juga dialami pada industri olahan akibat penurunan kinerja komoditas CPO dan produksi semen yang berkurang.
Untuk inflasi, Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumbar pada Agustus 2019, tercatat mengalami deflasi sebesar 0,06% (mtm), melambat dibandingkan bulan sebelumnya dengan inflasi 0,84% (mtm). Tekanan Inflasi Agustus 2019 terutama berasal dari kenaikan harga komoditas cabai merah, emas perhiasan dan sekolah dasar.
"Secara tahunan, inflasi IHK pada Agustus 2019 mencapai 4,22% (yoy) dan secara kumulatif Januari-Agustus 2019 tercatat sebesar 3,23% (ytd)," ungkap Wahyu.
Di sektor perbankan dan stabilitas sistem keuangan, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh meningkat pada Agustus 2019 sebesar 4,16% (yoy). Kredit juga tumbuh lebih tinggi sebesar 4,70% (yoy), dengan Loan-toDeposit Ratio (LDR) mencapai 131,1 %. Sementara, rasio Non-Performing Loan atau kredit macet di Sumatera Barat terjaga pada level 3,1%, di bawah batas aman 5%.
"Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat di triwulan III, diproyeksikan terus meningkat dan berada pada kisaran 5,0- 5,4% (yoy)," ungkap dia.
Percepatan pertumbuhan ekonomi didorong prediksi pertumbuhan ekspor yang meningkat seiring masuknya masa panen kelapa sawit, akselerasi kinerja konsumsi pemerintah dan investasi seiring meningkatnya realisasi belanja pemerintah. Namun, pola konsumsi yang cenderung melambat pada triwulan III 2019 dapat menahan laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- PKD 2024 Berakhir, Audy Joinaldy: Promosi Budaya Diperlukan, Komunitas Seniman Butuh Dukungan Finansial
- Irsyad Safar: Event PKD Bisa Pengaruhi Gerakan Pelestarian Kebudayaan
- Pemprov Sumbar Pastikan Telah Libatkan Sanggar Darak Badarak di Belasan Kegiatan, Luhur: Dilakukan Profesional
- Ketika Seniman Pemberontak Dirangkul Pemerintahan Mahyeldi-Audy
- Dinobatkan jadi Ketua Matra Sumbar, Audy Joinaldy Dianugerahi Gelar Kanjeng Pangeran Aryo Suryo Negoro