KH Musthofa Ingatkan Santri Nurul Yaqin Ringan Ringan jadi Pemimpin dalam Pandangan Allah

Jumat, 15 Maret 2019, 07:07 WIB | Kabar Daerah | Kab. Padang Pariaman
KH Musthofa Ingatkan Santri Nurul Yaqin Ringan Ringan jadi Pemimpin dalam Pandangan Allah
Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, Jenderal Pol Muhammad Tito Karnavian (Kapolri), Irwan Prayitno (Gubernur Sumbar), Ali Mukhni (Bupati Padangpariaman) dan lainnya, foto bersama dengan Ketua Umum Majelis Dzikir Hubbul Wathan, KH Musthofa Aqil Siradj,

VALORAnews - Santri pondok pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan, diharapkan jadi pemimpin dalam pandangan Allah. Pemimpin yang memandang semuanya dengan makhluk Allah. Contoh pemimpin yang paling sukses di dunia ini adalah Nabi Muhammad SAW. Punya pengikut mencapai 2 miliar orang. Padahal kepemimpinannya hanya berlangsung 23 tahun.

Demikian diungkapkan Ketua Umum Majelis Dzikir Hubbul Wathan, KH Musthofa Aqil Siradj, Kamis (14/3/2019), pada Silaturrahmi Kebangsaan dan Tabligh Akbar di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan Pakandangan, Kecamatan VI Lingkung, Kabupaten Padangpariaman.

Menurut Kiai Musthofa Aqil Siradj, Nabi Muhammad SAW dalam menjalan dakwah dan memimpin umat manusia tidak punya facebook, twitter, wathshapp, tapi punya pengikut 2 miliar. Pertanyaannya, kenapa bisa sukses?

Dijelaskan Kiai Musthofa, perintah kepada Nabi Muhammad SAW dari Allah diawali bukan dengan menyebut nama Allah langsung. Tiga kali turun perintah ayat secara berturut-turut, yakni surat Al-Alaq, Al-Mudasir dan Al-Muzamil, tidak menyebut kata Allah. Melainkan kata Rab (Tuhan Semesta Alam). Baru surat keempat, Al-Fatihah ada kata Allah.

Baca juga: Pilkada Sumbar Serentak 2015: IPNU Dukung Idarussalam jadi Cagub Sumbar

"Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW itu diperintahkan memandang semuanya dengan makhluk Allah. Bukan semata diperintah untuk umat Islam. Dalam berbuat kepada seseorang, jangan melihat agamanya, sukunya, asalnya, namun sebagai sesama manusia harus berbuat baik," kata Kiai Musthofa.

Jangankan manusia, binatang saja dimuliakan oleh nabi. Sikap inilah dasar dari kesuksesan nabi dalam memimpin dan dakwah Islam.

Kiai Musthofa mengisahkan Nabi Muhammad SAW selalu dihina oleh orang Yahudi yang buta. Pulang dari rumah orang Yahudi tersebut, nabi membeli bubur (makanan) dan mendatangi lagi orang Yahudi tersebut dengan menyuapkan makanan yang dibawa dengan kasih sayang.

Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, perbuatan tersebut dilanjutkan Khalifah Abu Bakar. Orang Yahudi itupun bertanya, "Ini pasti bukan orang yang datang kemaren-kemaren ya?" Abu Bakar pun dengan jujur mengakui, orang yang datang kemaren itu sudah wafat.

Lantas Abu Bakar ditanya lagi, memangnya siapa yang mengantarkan makanan kemaren itu? Dijawab Abu Bakar, yang datang dan menyuapkan makanan tersebut adalah Nabi Muhammad SAW.

"Spontan, orang Yahudi itu kaget karena selalu menghina Nabi Muhammad SAW. Dirinya sungguh tidak menyangka, ada orang yang terus dihina, tapi selalu memberikan kebaikan padanya. Akhirnya orang Yahudi tersebut masuk Islam," tutur Kiai Musthofa.

Halaman:

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan: