Handi Risza dan Ragdi F Daye akan Kupas Novel Perempuan Batih
VALORAnews - Novel Perempuan Batih akan dibedah Dosen Pascasarajana Universitas Paramadina, Handi Risza dan Ragdi F Daye (penulis nasional yang aktif di Forum Lingkar Pena Provinsi Sumbar dan Komunitas Ilalang Senja), Jumat (9/11/2018), pukul 19.00 WIB di Kubik Cafe. Bedah novel yang ditulis AR Rizal ini, akan dipandu Mahatma Muhammad.
"Perempuan Batih ini mengungkap realitas sosial Minangkabau kekinian yakni perubahan sistem kekeluargaan dari bentuk keluarga inti atau batih jadi keluarga kecil. Perubahan sistem kekeluargaan ini memberikan dampak perubahan pada kehidupan sosial masyarakat Minang," ungkap Rizal tentang novelnya itu, Kamis (8/11/2018).
Dalam dunia kepenulisan, agaknya AR Rizal tetap setia dengan sudut pandang perempuan. Setidaknya, perspektif itu tercermin pada novelnya yang berjudul Limpapeh dan Maransi. Dengan sudut pandang ini, Rizal berharap, Perempuan Batih bisa diterima semua kalangan, terutama pembaca perempuan.
Pembedah novel ini yakni Ragdi F Daye merupakan nama pena dari Ade Efdira, alumnus Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Andalas. Sedangkan Handi Risza yang seorang sarjana ekonomi lulusan International Islamic University Malaysia itu, pernah dipercaya sebagai Editor in Chief Islamic Economic Forum for Indonesian Development (ISEFID) periode 2002-2003.
AR Rizal terbilang produktif menulis. Disela kesibukannya sebagai jurnalis, AR Rizal bahkan sempat melahirkan novel Maransi yang masuk dalam nominasi Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2016. Kini, Perempuan Batih yang diterbitkan Penerbit Laksana yang merupakan lini Divapress, penerbit mayor asal Yogyakarta yang akan menunggu sambutan pembaca kesusastraan nasional.
Perempuan Batih bercerita tentang perempuan Minang yang bernama Gadis. Dia mengalami perjalanan hidup yang pelik. Hidup dalam keterbatasan ekonomi, menjadi janda dan ditinggal oleh anak-anak serta menantunya.
Kisah hidup Gadis ini merupakan gambaran ironi perempuan Minang yang hidup dalam sistem matrilineal. Di satu sisi, perempuan sangat diagungkan, tapi kenyataannya nasib perempuan Minang banyak yang memiriskan. (kyo)
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- PKD 2024 Berakhir, Audy Joinaldy: Promosi Budaya Diperlukan, Komunitas Seniman Butuh Dukungan Finansial
- Irsyad Safar: Event PKD Bisa Pengaruhi Gerakan Pelestarian Kebudayaan
- Pemprov Sumbar Pastikan Telah Libatkan Sanggar Darak Badarak di Belasan Kegiatan, Luhur: Dilakukan Profesional
- Ketika Seniman Pemberontak Dirangkul Pemerintahan Mahyeldi-Audy
- Dinobatkan jadi Ketua Matra Sumbar, Audy Joinaldy Dianugerahi Gelar Kanjeng Pangeran Aryo Suryo Negoro