Ekonomi Sumbar Diprakirakan Tumbuh 5,5 Persen di 2018

Sabtu, 23 Desember 2017, 16:28 WIB | Olahraga | Provinsi Sumatera Barat
Ekonomi Sumbar Diprakirakan Tumbuh 5,5 Persen di 2018
Kepala BI Sumatera Barat, Endy Dwi Tjahjo menyampaikan prospek ekonomi Sumbar pada pada pertemuan tahunan Bank Indonesia Sumatera Barat untuk menyampaikan pandangan Bank Indonesia mengenai kondisi perekonomian terkini, tantangan dan prospek ke depan serta
VISI MISI CALON GUBERNUR SUMBAR PILKADA SERENTAK 2024

VALORAnews - Ekonomi global tengah mengalami pemulihan sepanjang 2017 dengan pertumbuhan lebih tinggi dan merata. Secara keseluruhan, resiko eksternal 2017 membaik sehingga ketidakpastian pasar keuangan global menurun.

Hal itu dikatakan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Barat, Endy Dwi Tjahjono pada pertemuan tahunan Bank Indonesia Sumatera Barat untuk menyampaikan pandangan Bank Indonesia mengenai kondisi perekonomian terkini, tantangan dan prospek ke depan serta arah kebijakan Bank Indonesia secara nasional maupun dalam lingkup Provinsi Sumatera Barat.

"BI memprakirakan, ekonomi Sumatera Barat dapat tumbuh 5,1-5,5% (yoy) pada 2018. Hal ini ditopang oleh permintaan domestik yaitu perbaikan investasi dan pengeluaran pemerintah. Dari sisi lapangan usaha, akan ditopang oleh perbaikan kinerja pertanian, industri pengolahan, dan transportasi pergudangan," ungkap Endy.

Pertemuan tahunan ini dihadiri gubernur, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Sumatera Barat, bupati/walikota se-Sumatera Barat, pimpinan instansi vertikal, SKPD, perbankan korporasi nonbank, dan akademisi dengan tema 'Memperkuat Momentum.'

Baca juga: OJK Sumbar Edukasi UMKM dan Petani Binaan Bank Indonesia

Dikatakan Endy, laju inflasi 2018 diprakirakan dalam rentang 3,1-3,6% (yoy). Ekspektasi inflasi diperkirakan masih tetap terjaga sejalan dengan dukungan kebijakan dan koordinasi yang kuat antara berbagai pemangku kepentingan khususnya dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di tingkat Provinsi maupun kota/kabupaten.

"Masih terdapat beberapa risiko yang berpotensi memberikan tekanan inflasi yaitu prakiraan kenaikan harga minyak internasional yang akan ditransmisikan ke harga BBM domestik sehingga dapat memberi tekanan inflasi pada kelompok volatile food dan kelompok inti melalui jalur kenaikan biaya transportasi dan ekspektasi inflasi," terangnya.

Selain itu, terang Endy, gejolak harga juga berpotensi muncul akibat faktor pergeseran pola tanam, gangguan pada jalur distribusi bahan pokok, dan perubahan iklim. "Di tengah berbagai tantangan, kita tidak dapat mengedepankan kepentingan sektoral, namun perlu menyamakan pandangan dan terus bersinergi menyatukan gerak langkah ke depan," tegasnya.

Baca juga: Temu Ramah Bersama Pejuang RI, Mahyeldi: Perhatian pada Veteran masih Minim

Tertinggi Kedua di Sumatera

Halaman:
TANGGAPAN MASYARAKAT TENTANG CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PILKADA SERENTAK 2024

Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:

Bagikan: