Perempuan Tidak Mandiri, Harneli: Faktor Penyebab Dominan Maraknya KDRT
VALORAnews - Sebanyak 15 orang siswa Sekolah Perempuan Akar Rumput (SPAR), jalani prosesi wisuda di aula Bagindo Azis Chan, Balaikota Padang, Kamis (7/12/2017). Selama sekolah, mereka telah mendapatkan berbagai pemahaman dan keterampilan terkait Gender dan Feminisme, Hak Azasi Perempuan, Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi, Kepemimpinan Perempuan, Ekonomi Rumah Tangga, Advokasi, Pengorganisasian Masyarakat, perencanaan advokasi, dan Musrenbang.
"Materi SPAR dipilih berdasarkan hasil assesment kebutuhan peserta, sebelum dilakukan pendidikan. Untuk menentukan materi, terlebih dulu fasilitator melakukan assesment secara partisipatif terkait kebutuhan peserta," ungkap Direktur LP2M, Ramadhaniati, dalam siaran pers yang diterima.
SPAR merupakan sekolah informal bagi kelompok perempuan. Sekolah ini digagas Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) untuk meningkatkan kepemimpinan perempuan.
Sementara itu, Ketua P2TP2A Padang, Harneli Bahar mengapresiasi kegiatan sekolah perempuan ini. Dalam sambutannya, Harneli menyebutkan berbagai kasus banyak terjadi di sekitar perempuan seperti pelecehan, kekerasan dalam rumah tangga, perdagangan manusia, pornografi, teknologi yang tidak terkendali, hingga kematian perempuan.
Baca juga: Agam Usulkan Festival Rakik-rakik jadi Agenda KEN 2025
Untuk itu, menurutnya, perempuan perlu mendapatkan pemahaman yang kuat tentang peran perempuan sebagai warga negara dan sebagai ibu dalam rumah tangga. Selain itu, menurutnya, lemahnya kemandirian perempuan dapat memicu kekerasan terhadap perempuan.
"Maraknya kekerasan terhadap perempuan dan anak selama ini bermula dari ketidakmandirian perempuan terhadap ekonomi," nilai Harneli.
Sampaikan Uneg-uneg
Kesempatan wisuda yang dihadiri oleh berbagai bidang di pemerintahan, dimanfaatkan peserta SPAR menyampaikan berbagai hal terkait sekolah perempuan.
Desfi Sandri Anita (50), menyorot kekhawatirannya terhadap persoalan perempuan yaitu tingginya angka kekerasan terhadap perempuan. Selain itu, menurutnya selama ini peran perempuan dan laki-laki belum seimbang, cenderung perempuan memiliki beban yang lebih banyak dalam urusan pekerjaan namun demikian perempuan masih saja mandapatkan upah yang kecil dibanding laki-laki, kekerasan masih saja tetap terjadi.
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- Debat Pamungkas Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Padang Berlangsung 3,5 Jam
- Reses Dapil Masa Sidang I ke Kecamatan Nanggalo, Evi Yandri Terima 30 Aspirasi Warga
- LUTD PLN, Wujudkan Mimpi Asmanidar 'Bertemu' Prabowo-Gibran
- Debat Pilkada Padang 2024, Cawakonya Lulusan Luar Negeri, Panelisnya Dosen dan Akuntan
- Kombes Ferry Harahap Wisuda Gelar Doktor Administrasi Publik, Ini Harapan Plt Gubernur Sumbar