Kata Yeyen Kiram, Ini Kepulangan Pemikiran dan Semangat Tan Malaka
VALORAnews - Salah satu peserta Delegasi penjemputan jasad pahlawan revolusi asal Limapuluh Kota, Ibrahim Dt Tan Malaka, Yeyen Kiram menyebut, prosesi keberangkatan tim penjemputan Tan Malaka dari Kabupaten Limapuluh Kota ke Kabupaten Kediri, murni karena panggilan jiwa, yang bersumber dari kekaguman atas pemikiran dan kepedulian agar hak-hak kepahlawanan Tan Malaka bisa dikembalikan.
Menurut penggiat Forum Malakais Kota Padang itu, prosesi penjemputan jenazah Ibrahim Datuk Tan Malaka, tidak cukup hanya dilihat sebagai sebuah aktifitas ritual dari masyarakat adat maupun dari pengikut ideologi Tan Malaka.
"Pesan yang penting disimak dari semua tahapan kegiatan ini adalah, bagaimana ideologi dan ketokohan seorang yang tak terhalangi oleh apa pun baik tempat dan waktu," ungkap Yeyen Kira, disela-sela pelepasan delegasi oleh Wakil Bupati Limapuluh Kota, Ferizal Ridwan di Tanjung Pati, Kamis (16/2/2017), sekitar pukul 10.00 WIB.
Kekuatan Tan Malaka, katanya, mampu menembus pelbagai aturan dan sistem yang ada. Tan Malaka harus dilihat, diingat dan dipahami bukan karena kepahlawanannya saja. Bukan pula karena Tan lahir di Suliki, Sumatera Barat.
Baca juga: Rumah Kelahiran Tan Malaka makin Reot Dimakan Usia, Ini Harapan Ketua DPRD Sumbar
Terpenting, bagaimana Tan mampu memberi dasar berfikir yang senantiasa teraktualkan di sepanjang zaman dan mampu menyumbang kontruksi peradaban terbaik bagi bangsa dan negara. (Baca: Ratusan Orang Bertolak ke Kediri Jemput Jasad Tan Malaka)
"Melalui prosesi ini, maka layak dibaca bahwa 'kepulangan' jenazah Tan adalah juga 'kepulangan' bagi segenap pemikiran dan semangat almarhum. Tidak boleh berhenti atau selesai setelah deadline waktu kegiatan ini selesai," tegas Yeyen.
"Justru inilah titik langkah dari awal keberangkatan bagi generasi masa berikutnya. Revolusi tak pernah berhenti pada prosesi dan sejarah saja, tapi akan terus berjalan sepanjang waktu," tambahnya. (rls/kyo)
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- Wakanda Taram; Potret Objek Wisata Berbasis CBT di Sumatera Barat, Beromset Rp2 Miliar per Tahun
- Supardi; Nagari Maek Potensi jadi Destinasi Wisata Minat Khusus
- Festival Maek Hadirkan Peneliti Asing, Supardi: Kabut Peradaban Megalitik Maek harus Disibak
- Bukit dengan Tebing Berlubang, Hanya Ada Dua di Dunia, Nagari Maek dan Tianmen
- Gubernur Sumbar Minta Wali Nagari Gunung Malintang Buat Laporan Detail Alek Bakajang, Ini Sebabnya