Menemukan Kesunyian Paling Syahdu di Simpang Sugiran

Selasa, 03 Desember 2024, 13:41 WIB | Wisata | Kab. Lima Puluh Kota
Menemukan Kesunyian Paling Syahdu di Simpang Sugiran
Penggiat Satuan Tenaga Konselor Kepariwisataan (SANAK) Sumatera Barat, Muhammad Fadhli dengan latar belakang rumah gadang Minang khas Simpang Sugiran yang tak seperti lazimnya rumah adat Minang. (istimewa)

"Sugiran ini memang lebih sunyi dari nagari lain. Sinyal HP pun tidak sempurna disini. Makanya kami pakai wifi khusus," kata wanita itu.

Benar saja, ketika dicoba, menggunakan hp untuk berinternet sangat sulit disini. Hanya beberapa titik yang ada sinyalnya. Itupun sangat sedikit.

Kesunyian makin terasa manakala kami shalat Jumat di masjid setempat. Masjid yang tak berapa jauh dari kantor walinagari itu, sebenarnya berukuran kecil. Seukuran mushalla sebenarnya. Tapi itupun tidak penuh. Warganya sangat sedikit. Itu kesimpulan penulis.

Baca juga: MENTERI PAREKRAF Sandiaga Uno Bakal Berkunjung ke Amping Parak Pessel

Usai shalat, kami segera menyusuri satu titik yang disebut-sebut sebagai "unggulan" Sugiran apabila menjadi desa wisata.

Titik itu bernama Lokuang. Dalam bahasa setempat lokuang berarti ceruk atau lekungan. Lokuang terletak di bagian paling ujung jalan desa. Kami berangkat kesana bersama Tori.

Jalan yang tersedia hanya ada satu jalur. Sempit dan curam di beberapa titik. Tapi pemandangan yang terbentang pada bagian setelah tanjakan panjang sangat luar biasa.

Berdiri pada satu ketinggian, pemandangan lepas ke arah lembah "lokuang" begitu indah. Sawah luas sekitar 20 hektar mebentang sebagai lantai lembah.

Sebuah jalur irigasi tampak jelas, membelah bentangan sawah itu. Sementara di sekitar sawah, bukit sambung menyambung seperti benteng alami.

"Ini areal sawah paling luas di nagari simpang sugiran" terang Tori ketika kami rehat di pondoknya.

Pndok itu ditata Tori sedemikian rupa sehingga layak sekali menjadi homestay. Bagian balkon menyediakan pemendangan tepat ke tengah areal sawah di kerendahannya.

Halaman:

Penulis: Al Imran
Editor: Mangindo Kayo
Sumber:

Bagikan: